Fimela.com, Jakarta Pandemi COVID-19 tidak hanya sekadar memberikan dampak fisik dan psikis pada anak, melainkan juga kemampuan sosialisasi anak. Selama hampir tiga tahun, anak-anak harus berada di rumah dan tidak berinteraksi dengan lingkungan sosial yang membentuk karakter individualistis pada anak.
Begitu pandemi berakhir, anak-anak yang telah terbiasa 'hidup sendiri' merasa canggung saat harus kembali berinteraksi dengan dunia luar. Orangtua pun harus mencari cara yang tepat untuk mengasah kemampuan sosialisasi anak. Mengikuti lomba dan komunitas menari mungkin bisa menjadi salah satu caranya.
Diungkapkan oleh Founder The Floor Throne Yoshida Tatsuo, keikutsertaan anak mengikuti kelas hingga lomba menari bukan hanya sekadar membantu mengasah bakat melainkan juga membangkitkan kembali kemampuan sosial interaksi pada anak.
Advertisement
"Pas pandemi, semua orang jadi anti social. nah anak-anak ini kena banget dampaknya. karna mereka ada di fase perkembangan secara mental. Tiba-tiba pandemi di 2020. Ini (lomba dance) membantu mereka untuk sosialisasi lagi. Offline event seperti ini mereka harus bersaing dengan lawannya mereka, ikut workshop, harus nanya sama coac, kenalan sama teman-teman. ke-trigger untuk sosialisasi," Yoshida Tatsuo.
Yoshida menambahkan anak-anak yang masuk dalam kategori golden age sudah terbiasa hidup dengan individualis. Oleh sebab itu, lomba dan workshop seperti The Floor Throne dapat menjadi sarana untuk memancing kemampuan sosialisasi anak. Lewat berinteraksi dengan teman-teman satu komunitas dan keaktifan bertanya dengan para pengajar.
Advertisement
Asah bakat dan kemampuan sosialisasi
Lebih lanjut Yoshida juga menyebut keikutsertaan anak-anak untuk menari bisa dimulai sejak usia enam tahun. Berdasarkan pengalaman Yoshida, anak di usia enam tahun memiliki daya tangkap yang cukup baik terhadap gerakan dan musik. Dimulai dengan pengalaman irama musik yang menjadi dasar untuk mengasah kemampuan menari anak sejak dini. Bahkan jika anak bisa ikut serta dalam lomba ternyata bisa jadi bekal yang baik untuk persiapan memasuki dunia kerja.
"Karena kita tahu sekarang pergerakannya di dunia kerja udah berbeda. Nonakademik pun terpakai, bidang seni pun terpakai. Jadi event ini sebenarnya salah satu platform juga. Kita pengen ngebuild anak-anak yang punya minat yang besar atau talenta, ini platform buat mereka kembangin talentanya mereka. atau mungkin awalnya ngga ada minat di bidang seni, such as nari, musik tapi dengan dateng ke event ini dia dapat inspirasi untuk mulai," jelas Yoshida.
Lomba menari berstandar internasional
Sebuah kompetisi menari berstandar internasional, The Floor Throne pun digelar ebagai medium untuk para dancer dari berbagai komunitas berkumpul bertukar ide, ilmu, dan pengalaman, serta segala hal menyangkut dunia tari. Tahun ini, The Floor Throne diselenggarakan pada 23 September 2023 dengan tema Now or Never. Menghadirkan koreografer berkualitas internasional, The Floor Throne menjadi kompetisi menari bagi beraneka ragam komunitas street dance dengan standar internasional.
"Lewat ajang dari dan untuk komunitas ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat luas tentang scene street dance bahkan diharapkan mampu membuka mata banyak pihak tentang menjadi profesional dancer merupakan pilihan karier bagi anak muda di masa depan,” kata CEO Etoile Dance Center Archangela Lina Lukman.
Terdapat empat kategori lomba, meliputi Dance Competition, Solo/Duo Competition, 1vs1 Openstyle Battle, dan Crew VS Crew Openstyle Battle. Tahun ini The Floor Throne Vol. 8 mendatangkan Todd Williamson koreografer KPOP Idol (AESPA & Lesserafim) dan penyanyi Ciara, Julian Deguzman koreografer NCT127 “Kick It”, dan Arief Surahman dari Indonesia sebagai juri Competition. Sementara, Henry Link Brian, salah satu anggota grup Elite Force Crew (koreografer hip-hop artis pertama di US), Kang Dokyun poppers dari Korea Selatan, dan Danzel Marsono sebagai perwakilan juri dari Indonesia yang sedang meniti karier tari di Amerika Serikat sebagai juri Battle.