Fimela.com, Jakarta Tidak bisa dipungkiri kalau kehidupan di masa ini bisa dikatakan banyak sekali tantangan dan tekanan yang meningkatkan stres, terutama pada anak-anak. Stres pada anak dapat menimbulkan dapat memberikan dampak negatif untuk kesehatan mental anak. Salah satunya adalah dapat membuat mereka lebih rentan terhadap depresi dan konsentrasi menurun.
Faktanya, anak adalah manusia yang paling rentan terpapar dengan permasalahan kesehatan mental. Anak akan lebih mudah stres karena berbagai macam hal mulai dari yang kecil sampai besar. Akan tetapi, anak mudah stres karena adanya tuntutan dari orangtua dan lingkungan. Terutama pada bagaimana mereka berpenampilan, cara mereka bersosialisasi, dan nilai yang mereka dapatkan saat di sekolah. Anak-anak juga akan lebih tersinggung jika mendengarkan kata-kata kasar oleh orangtuanya, meskipun kata tersebut sebenarnya tidak kasar.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk lebih memperhatikan anak terutama terhadap kondisi kesehatan mental anak. Orangtua juga harus tahu bagaimana cara yang tepat untuk mendidik mereka karena cara orangtua mendidik juga akan mempengaruhi kesehatan mental anak. Maka dari itu, orangtua harus lebih waspada dalam memilih dan mengkolaborasikan pola asuh.
Advertisement
Cara pertama yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah untuk tidak memberikan tuntutan dan ekspektasi yang tinggi terutama terhadap bagaimana cara anak berpenampilan dan lain-lain. Setelah itu pola asuh yang tepat dan sehat juga harus mulai diterapkan.
Nah Sahabat FIMELA berikut adalah 3 tips pola asuh yang baik agar anak tidak mudah stres dan untuk menjaga tingkat kestabilan mental anak.
Advertisement
Komunikasi yang Terbuka
Dilansir oleh Indiatoday.in mengungkapkan bahwa anak-anak zaman sekarang banyak komplain terutama karena mereka merasa tidak didengarkan oleh orangtua mereka. Misalnya mereka berbicara dengan orangtua topik-topik yang sering mereka angkat pastinya akan berputar seputar pendidikan, hasil ujian, atau tentang rencana mereka perihal karier masa depan mereka.
Terkadang pembahasan itulah yang membuat mereka merasa malas untuk berbicara dengan orangtua. Rajat Soni selaku Youth and Parenting Coach, mengungkapkan cobalah untuk berkomunikasi dengan anak dengan tidak menggunakan pola pikir yang tidak menghakimi. Tentu saja pembicaraan ini tidak boleh ada perangkat elektronik dan tentu saja tidak mengangkat topik perihal pendidikan dan karier.
Cobalah mengangkat topik tentang apa yang mereka rasakan, apa yang membuat mereka senang, apa yang membuat mereka takut, atau khawatir. Mulai lah dari sana, jangan harap mereka akan mulai berbicara dengan panjang lebar. Mulailah pelan-pelan sampai mereka berani dan merasa main dekat dengan kalian.
Bangun Empati dan Kepercayaan
Dr Shelja Sen selaku Co-founder dari Childern First Institute of Child and Adolescent Mental Health mengatakan kalau anak-anak zaman sekarang sering menderita dan mengalami permasalahan perihal kepercayaan diri.
Dr Sen mengungkapkan untuk jadi orangtua yang bijak, kalian harus lebih penasaran dengan apa yang mereka lakukan sampai tentang apa yang mereka suka. Saat berjaya usahakan memberikan tone suara dan raut wajah yang menunjukkan kalau kalian benar-benar tertarik dengan apa yang mereka bicarakan.
Untuk anak kamu bisa terbuka dan memiliki emosional yang baik orangtua perlu untuk menghancurkan tembok ketidakpercayaan dan membangun kembali tembok kepercayaan dan empati anak.
Gunakan strategi kamu-saya-kita saat berbicara dengan anak. Mulailah dengan mendengarkan semua yang anak omongkan meskipun kamu tidak setuju, kemudian berikan tanggapan dari sisi kamu, dan temukan jalan tengah yang dapat kalian lakukan untuk melakukannya bersama.
Advertisement
Berikan Dukungan Emosional
Dilansir oleh Discoverymood.com, dukungan emosi sangat penting untuk diungkapkan, terutama kepada anak kamu. Luangkan waktumu untuk anakmu, lakukan berbagai macam aktifitas mulai dari yang di dalam rumah sampai luar rumah. Tunjukan kepada mereka kalau kamu selalu ada dan akan memberikan mereka dukungan dalam segala keputusan yang mereka buat, bahkan dalam situasi yang sulit. Jika mereka tahu dan percaya kalau kamu mendukungnya secara sukarela tanpa adanya tekanan, mereka akan merasa lebih dihargai dan dipercaya.
Stres yang mereka alami tentunya akan mengurang secara perlahan. Jangan lupa untuk memberikan mereka umpan balik setiap kali mereka memberikan ide-ide. Berikan mereka pujian serta apa yang membuat kamu menarik, bila perlu bungkus kata-kata yang bisa membuat mereka berkembang menjadi sosok yang lebih baik dibanding sebelumnya. Ingat untuk menggunakan kalimat yang halus dan tidak menyinggung.
Penulis: FIMELA Sherly Julia Halim