Fimela.com, Jakarta Nikita Willy saat ini tengah menikmati momen menyiapkan makanan pendamping air susu ibu alias MPASI untuk anaknya, Issa Xander Djokosoetono yang kini berusia 1 tahun 3 bulan. Untuk menyiapkan MPASi anak, istri Indra Priawan itu memberikan makanan dengan beragam rasa juga tekstur kepada Baby Issa.
Keputusan itu bukan tanpa alasan, sebagai ibu baru, Nikita Willy mengaku banyak mencari informasi dari jurnal ilmiah terbaru yang bisa diterapkan.
“Aku new mom, jadi aku selalu cari info ter-update tentang MPASI untuk anak. Nggak bisa modalnya dari orangtua doang. Selama jalani MPASI juga ada up and down yang aku rasakan. Apalagi waktu awal Issa sempat susah makan atau yang biasa kita sebut GTM, gerakan tutup mulut,” cerita Nikita Willy di acara Wisata Rasa MPASI bersama Royco, di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat (21/7).
Advertisement
Selama mencari informasi terbaru itu pula, Nikita Willy menemukan anggapan bahwa MPASI anak tidak boleh ditambahkan rasa atau bumbu. Namun, ia cukup meyakini kalau anggapan tersebut adalah mitos. Menurutnya, anak bisa diberi MPASI dengan berbagai rasa yang ditambahkan dengan bahan makanan maupun bumbu, namun tentu dengan batasan rekomendasi.
“Pastinya menu lengkap ada protein hewani, protein nabati, ada karbo, dan fat juga. Aku berusaha untuk mengajak Issa berwisata rasa atau memberikan makanan yang berbeda-beda rasanya melalui MPASI yang kita buat di rumah. Berbeda tekstur, berbeda rasa, supaya Issa lebih semangat lagi makannya,” lanjut dia.
Advertisement
Mitos atau Fakta, MPASI Boleh Diberi Rasa atau Bumbu?
Dokter Spesialis Anak, dr. Miza Dito Afrizal SpA, menyatakan bahwa MPASI tidak harus hambar dan boleh diberi tambahan bumbu.
“Dari sekian banyak mitos yang beredar, salah satu yang paling sering muncul adalah perihal rasa. Sekitar sepuluh tahun lalu, memang penelitian saat itu menyebutkan bahwa MPASI sebaiknya tidak berasa dulu. Tetapi semakin ilmu pengetahuan berjalan terus sampai detik ini, MPASI itu boleh untuk pakai rasa atau bumbu,” ujar dr. Miza dalam acara yang sama.
Selain itu, menurut Miza, indera pengecap bayi sudah aktif atau bekerja sejak si kecil masih berada dalam kandungan trimester akhir. Saat masih di kandungan, bayi dapat merasakan makanan yang dikonsumsi ibunya, kemudian saat lahir, bayi juga bisa merasakan rasa gurih dari ASI. Karena hal itu, bayi berusia 6 bulan boleh menyantap MPASI yang diberi bumbu asal tidak berlebihan.
Menurutnya, apabila MPASI terlalu hambar justru bisa menyebabkan bayi jadi GTM karena tidak suka dengan rasa makanannya.
“Bayangkan kalau tiba-tiba pada saat memberikan makanan pertama kali lalu diberi makanan sehambar-hambarnya, jadi tidak aneh kalau banyak bayi menolak. Walaupun tidak menutup kemungkinan ada bayi lebih suka rasa hambar. Itu alasannya MPASi pertama sudah boleh pakai bumbu,” pungkasnya.
Untuk itu, para ibu perlu membimbing anak melakukan ‘Wisata Rasa’ di tahapan pengenalan MPASI dengan menambahkan gula, garam, atau bumbu lainnya sesuai takaran yang direkomendasikan agar membantu anak mengeksplorasi berbagai jenis bahan makanan dan rasa, sekaligus menambah nafsu makannya.
Manfaat MPASI Diberi Rasa atau Bumbu
MPASI yang diberi rasa atau bumbu juga memiliki manfaat. Salah satunya untuk meminimalisir dampak dari anak GTM ketika memasuki fase Neophobia atau rasa takut dan ragu-ragu untuk memasukan makanan yang bentuknya baru ke dalam mulut.
“Dari penelitian, pada saat anak kurang lebih berusia 1 tahun, ternyata 100 persen manusia mengalami fase neophobia. Jadi waktu kecil kita pasti Neophobia. Nah, maka dari itu, sebelum anak memasuki fase neophobia ada baiknya kita mengenalkan berbagai macam rasa,” kata dokter Miza.
“Sehingga sebelum anak memasuki fase Neophobia itu, dia sudah bisa merasakan perbedaan rasa yang banyak atau wisata rasa. Jadi pada saat dia memasuki fase itu, rasa ragu jadi tidak terlalu parah,” paparnya..
Namun tentu saja, dalam menambahkan bumbu tambahan ke MPASI anak ada aturannya. Dokter Miza mengingatkan hal yang harus diperhatikan dalam MPASI adalah porsi kadar garam dan gulanya.
“Karena dari lahir, organ anak masih berkembang dan organ yang paling terakhir berkembangnya itu ginjal,” kata dia.
Ia merekomendasikan orangtua untuk tidak memberi garam terlalu banyak untuk anak. “Berusia 6 bulan hingga 1 tahun cukup 1 gram saja per hari, di atas usia 1 tahun bisa 2 gram untuk satu hari," jelasnya. Adapun untuk gula, ia menyebut porsinya hanya 1 gram saja per sekali makan. Sementara, anak di atas usia 3 tahun bisa diberi 3 gram garam per hari.
Amaryllis Esti Wijono, Direktur Nutrition Unilever Indonesia menyampaikan, selama puluhan tahun, Royco selalu menjadi andalan ibu dalam menyajikan aneka hidangan lezat bernutrisi bagi keluarga. Dengan purpose Gerakan Pangan untuk Masa Depan, Royco memiliki komitmen berkelanjutan untuk berperan mencegah berbagai permasalahan malnutrisi di tengah keluarga Indonesia, tak terkecuali dalam periode MPASI.
Periode MPASI adalah usia emas dimana anak mulai belajar dan mengenal makan, namun nyatanya banyak bayi mengalami gagal tumbuh atau stunting karena pemberian MPASI yang kurang baik. Sebagai bagian dari program Royco Nutrimenu, Royco menghadirkan kampanye ‘Wisata Rasa MPASI Royco’ melalui inovasi Royco Kaldu Spesial Hijau Rasa Jamur dan Rasa Ayam yang diformulasikan tanpa micin, lebih rendah garam, dan tanpa pengawet, sehingga cocok dipergunakan dalam aneka menu MPASI.
Untuk lebih menyebarluaskan pesan tersebut, kampanye “Wisata Rasa MPASI Royco” salah satunya menghadirkan buku resep “Sajian MPASI Homemade ala Royco Kaldu Spesial” berisikan 30 menu MPASI yang terdiri dari resep MPASI 6 bulan, resep MPASI 9 bulan, resep MPASI 12 bulan (yang kandungan natriumnya sudah mengikuti rekomendasi Angka Kecukupan Gizi 2019 – Kementerian Kesehatan RI 3 ), serta cara membuat MPASI lezat bernutrisi seimbang. Buku resep yang dapat diakses secara gratis melalui situs resmi Royco Indonesia.