Sukses

Parenting

Metode Parenting Lebih Baik Tanpa Bayangan Luka Inner Child Masa Lalu

Fimela.com, Jakarta Sejak masa kanak-kanak tentu memiliki pengalaman menyenangkan atau bahkan tidak menyenangkan. Meski masih kecil, namun pengalaman tersebut akan membekas hingga dewasa tanpa disadari nantinya. 

Pengalaman dan perjalanan masa kecil yang terbawa hingga dewasa dan biasa disebut dengan inner child. Bahkan, inner child ini dapat menentukan pola asuh pada anak. 

Lalu sebenarnya apa itu inner child? Melissa Magdalena, M.Psi., Psikolog dari Relasi Diri menyampaikan inner chid sebuah istilah digunakan menggambarkan setiap  manusia punya namanya kebutuhan emosi yang dari kecil terbawa sampai dewasa.

“Namanya kebutuhan pasti perlu untuk dipenuhi, kebutuhan emosi dipenuhi atau tidak tidak dipenuhi sejak kecil, menjadi pengalaman menyenangkan atau tidak menyenangkan yang terbawa dari kecil sampai masa dewasa,” kata Psikolog Melissa saat Instagram Live bersama Fimela, (17/7). 

Psikolog Melissa juga mengatakan beberapa pengalaman yang emosinya intents dan kuat akan tersimpan memori otak kita. Maka dari itu, inner child dapat memengaruhi berperilaku, berelasi dengan orang lain. 

“Maka dari itu inner child tentang kebutuhan emosi,” katanya. 

Lalu bagaimana kita mengenali inner child?

Psikolog Melissa mengatakan sesuai dengan definisinya, inner child merupakan kebutuhan emosi, maka untuk mengenal inner child, hal yang pertama bisa dilakukan adalah seseorang harus tau jika punya emosi dan perasaan. 

“Mari kita mulai apa yang dirasakan pada diri sendiri. Pertama kita harus mengenali emosi kita, sesudah menamai emosi seperti senang risau atau marah, baru kita menerima emosi kita. Manusia memiliki berbagai emosi dalam satu waktu dan ini wajar bukan berarti itu plinplan,” paparnya.

Setelah tau perasaan, setelah menamai emosi, dan kita akui. Lalu, Psikolog Melissa menyarankan untuk membuat termometer atau tolak ukur perasaan yang kita rasakan saat ini.

Misalnya saja tolak ukur dari 0-10, lalu beri nilai dari 0-10 tersebut perasan kita seberapa. Lalu untuk menuju ke inner child, Psikolog Melissa mengatakan tanyakan diri kita, perasaan emosi ini baru dirasakan hari ini atau sebelumnya sudah sering dirasakan. 

“Misalnya punya perasaan risau, nah risau ini baru banget dirasakan, apa rasa risau ini yang sebelumnya kita udah rasakan. Kalau dipikir mundur-mundur waktu kecil perasaan seperti ini pernah dirasakan, inner child kita terbawa dari kecil sampai dewasa,” katanya. 

Psikolog Melissa mengatakan menanyakan perasaan kita boles kapan saja sebab ini merupakan skill yang harus dilatih, hingga akhirnya kita dapat mengenal diri sendiri, perasaan diri sendiri, hingga menemukan inner child.

“Bisa setiap saat, karena ngga mudah kita mengingat yang telah lama. Butuh latihan, kalau beneran lupa yang terpenting kita tahu perasaan kita, kalau perasaan itu intens tolak ukurnya sampai 8-10, kita bisa tarik nafas, bisa buat diary atau jurnal, dan didampingi profesional seperti psikolog,” katanya. 

Lalu setelah mengenali inner child dan ternyata terluka, apa yang harus dilakukan? Psikolog Melissa mengatakan bisa memuji diri kita, apresiasi, berterima kasih pada diri kecil kita.

“Terima kasih sudah bertahan sampai saat ini, kasih tau diri kita sekarang kalau kita berharga, karena waktu dewas bisa berfikir logis dan waktu kecil tidak,” paparnya

Inner dan pola asuh anak berkaitan

Psikolog Melissa mengatakan, dari kecil tidak diajari kebutuhan emosi, orangtua zaman dulu yang utama kerja keras penuhi kebutuhan untuk makan dan sekolah, namun orangtua lupa untuk kebutuhan emosinya. Misalnya saja, anak diperhatikan, disayang, diterima.

“Karena ngga dapat info kebutuhan emosi anak, sehingga kebutuhan emosi anak kecil kurang terpenuhi. Maka, sebagai orangtua kini harus tahu kebutuhan emosi anak, dari bayi udah punya emosi kaya mau digendong biar merasa nyaman,” paparnya.

Jadi penuhi kebutuhan emosi anak, sebab jika tidak terpenuhi inner child terluka yang terbawa hingga dewasa dan berpengaruh pada karakter hingga pola asuh. 

“Anak-anak tidak berdaya, selalu mengikuti dunia orangtua jadi orangtua bilang kita ngga bisa apa-apa, bisa-bisa sampai dewasa terbawa, kita berpikir diri kita tidak bisa apa-apa,” paparnya. 

Untuk itu, agar anak-anak tidak memiliki inner child yang terluka, psikolog Melissa mengatakan ada baiknya penuhi kebutuhan emosi anak, ajarkan anak jika memuji diri sendiri tidak masalah, dan mencintai diri sendiri.

“Sebelum anak belajar mencintai diri sendiri, orangtua yang barus mencintai diri sendiri,” paparnya. 

Jadi, kita harus tahu informasi kebutuhan emosi anak, misalnya anak merasa dihargai, diakui, ditemani jika bermain, dan apresiasi atau puji anak. “Misalnya antar dia sekolah untuk merasa dia berharga, apresiasi anak sekecil apapun tindakannya,” tuturnya. 

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading