Fimela.com, Jakarta Orangtua biasanya akan menjadi role model bagi setiap anaknya maka segala tindakan yang dilakukan mereka seharusnya dapat menjadi contoh dan teladan yang baik. Kebiasaan dan tindakan yang dilakukan orangtua juga dapat menjadi penentu perilaku anak di masa depan. Oleh karena itu, saat penerapan pola asuh sebaiknya kamu juga dapat memilih cara terbaik untuk anak supaya tidak menjadi bumerang bagi diri sendiri.
Kebiasaan baik tentu akan berdampak baik, tetapi kebiasaan buruk juga akan berdampak buruk. Mungkin beberapa anak terlahir dalam keluarga yang kurang kasih sayang sehingga menyebabkan tidak adanya teladan bagi dirinya dalam berperilaku maka mungkin saat tumbuh dewasa mereka melakukan pemberontakan, walaupun berlaku di semua anak.
Maka dari itu, perlunya kesadaran tinggi sebagai orangtua akan pentingnya pola asuh yang baik dan sesuai dengan anak. Selain itu, meningkatkan perhatian kebiasaan yang mereka terapkan karena mungkin kamu tidak menyadarinya, tetapi nanti akan berdampak buruk pada mental anak. Berikut beberapa kebiasaan buruk orangtua yang ternyata berdampak buruk pada anak.
Advertisement
Advertisement
Ketidakjujuran
Dilansir dari mypositiveparenting.org, memang terdapat banyak alasan mengapa seseorang melakukan kebohongan seperti ingin keluar dari suatu masalah, melindungi seseorang, atau untuk mendapatkan sesuatu. Mungkin orangtua akan melakukan kebohongan kepada anak supaya melindungi perasaan mereka dan jika terus dilakukan secara tidak langsung, kamu mengajari anak bahwa berbohong merupakan hal yang normal karena nantinya mereka akan mengamati fakta yang didapat berbeda dengan apa yang orangtuanya katakan.
Ketidakaktifan
Orangtua merupakan role model bagi anak maka jika hanya menyuruh tanpa mencontohkan tentu anak tidak akan bertindak. Oleh karena itu, sebagai orangtua kamu tidak boleh malas, tetapi coba lebih aktif dengan mengajak anak melakukan kegiatan rekreasi atau ikut serta terlibat dalam mendorong dan memotivasi anak untuk melakukan aktivitas fisik.
Penggunaan alkohol, rokok, atau narkoba
Melihat orangtuanya yang menggunakan alkohol atau rokok untuk mengatasi stres dapat secara tidak langsung membuat anak membentuk persepsinya sendiri sehingga merasa zat-zat tersebut diperlukan saat menghadapi masalah dalam hidup. Hal tersebut, tentu berbahaya dan membuat anak akan mencoba atau bahkan menyalahgunakan zat-zat tersebut.
Berteriak pada Anak
Berteriak pada anak merupakan metode pengasuhan yang tidak efektif. Oleh karena itu, sebagai orangtua perlu untuk mengatur emosi dan belajar untuk menyesuaikan nada suara serta bahasa wajah dan tubuh agar tidak selalu terlihat terlalu menakutkan dan serius, dilansir dari timesofindia.indiatimes.com.
Membandingkan anak
Perilaku atau kebiasaan membandingkan anak dengan saudara kandung atau teman akan merusak kepercayaan diri anak untuk mengambil keterampilan atau petualangan baru. Padahal, setiap anak memiliki kemampuannya masing-masing. Oleh karena itu, ubah perilaku yang suka membanding-bandingkan dengan mengapresiasi kemampuan anak.
Menyalahkan anak
Menyalahkan anak dengan pelanggaran kecil yang dibuat, lalu menghukum, dan mempermalukannya dapat membuat mereka merasa menjadi tidak berharga dan tidak berdaya.
Menggunakan kata yang membuat anak tertekan
Penggunaan kata seperti “selalu” dan “tidak pernah” untuk hal-hal kecil dapat memberikan efek psikologis pada harga diri, motivasi, dan kesejahteraan anak. Dengan penggunaan kata tersebut, anak menanamkan pola pikir yang tetap dan tidak berubah.
*Penulis: Fani Varensia