Fimela.com, Jakarta Depresi merupakan gangguan mental yang dapat dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Meskipun seringkali depresi dianggap sebagai masalah orang dewasa, tetapi kenyataannya depresi juga dapat terjadi pada anak-anak.
Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), depresi pada anak dapat dimulai pada usia dini. Terkadang depresi pada anak seringkali tidak terdiagnosis serta dapat mengganggu kesehatan mentalnya. Menjaga kesehatan mental anak tidak hanya penting untuk kesejahteraan anak di masa sekarang, tetapi juga dapat memengaruhi perkembangan mereka di masa depan.
Oleh karena itu, sebagai orang tua harus bisa mengenali tanda-tanda depresi pada anak guna mengembalikan keceriaannya lagi. Berikut ini adalah tanda-tanda anak depresi yang harus kamu ketahui!
Advertisement
1. Perubahan suasana hati
Suasana hati anak-anak sering kali berubah secara tiba-tiba dan ekstrem. Mereka dapat menjadi lebih sedih, cemas, atau marah dari biasanya. Mereka juga dapat menunjukkan kelesuan dan ketidak tertarikan pada kegiatan yang biasa mereka lakukan.
2. Perubahan perilaku
Anak yang mengalami depresi akan menjadi lebih sulit diatur, lebih mudah marah, dan menjadi lebih mudah menangis atau gelisah. Hal ini tentunya dapat berdampak pada penurunan dalam kemampuan akademik dan penurunan minat pada kegiatan sosial.
3. Perubahan pola tidur dan makan
Anak yang mengalami depresi dapat mengalami perubahan dalam pola tidur dan makannya. Mereka mungkin mengalami kesulitan untuk tidur, bangun terlalu pagi, atau tidur terlalu banyak. Mereka juga dapat kehilangan nafsu makan atau makan yang terlalu banyak.
Advertisement
4. Perasaan tidak berharga atau bersalah
Anak yang mengalami depresi dapat merasa tidak berharga atau bersalah tanpa alasan yang jelas. Mereka mungkin mengkritik diri mereka sendiri dan merasa bahwa mereka tidak pantas untuk dicintai.
5. Kehilangan minat pada kegiatan yang biasa dilakukan
Anak yang mengalami depresi juga dapat kehilangan minat pada kegiatan yang biasa mereka lakukan, seperti bermain dengan teman-teman, kehilangan minta pada hobinya sendiri, atau tidak mau berolahraga. Tak hanya itu, anak yang depresi juga menghindari interaksi sosial dan lebih memilih menghabiskan waktu sendiri.
Setelah mengenali tanda-tanda anak yang depresi, sebagai orang tua tidak boleh berdiam diri saja! Kamu harus segera mengatasinya dengan beberapa cara berikut ini:
1. Memberikan dukungan emosional
Berikanlah dukungan emosional yang positif pada anak. Dilansir dari Child Mind Institute, dukungan emosional yang positif pada anak bisa dilakukan dengan cara mendengarkan keluhannya, peduli dengannya, dan memberikan pujian atas prestasi yang telah dicapainya. Hal ini bisa membantu anak merasa lebih dihargai dan dicintai.
2. Terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan
Ajak anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang menyenangkan seperti bermain game, memasak bersama, atau melakukan kegiatan outdoor bersama. Kegiatan ini bisa membantu anak untuk melupakan rasa sedih dan meningkatkan perasaan positif.
3. Bicarakan tentang perasaan dan pikiran mereka
Cobalah untuk mengajak anak berbicara tentang perasaan dan pikiran mereka. Siapkan waktu untuk mendengarkan mereka dan jangan terlalu memaksakan anak untuk mengungkapkan perasaan jika mereka tidak siap. Ada baiknya kamu mencoba mendekatinya dengan menjalin hubungan yang baik dengan si kecil agar mereka merasa nyaman untuk berbicara.
4. Memperbaiki pola tidur dan makan
Depresi dapat memengaruhi pola tidur dan makan pada anak. Kamu bisa menyikapi hal ini dengan mengatur pola tidur dan pola makan yang teratur dan sehat. Pastikan si kecil mendapatkan nutrisi yang cukup dan hindari makanan yang mengandung gula dan lemak jenuh.
5. Konsultasikan dengan psikolog atau psikiater
Jika tanda-tanda depresi pada anak terus berlanjut dan semakin parah. Tidak ada salahnya untuk menghubungi profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater untuk membantu menyelesaikan depresi pada anak. Psikolog atau psikiater juga dapat memberikan perawatan dan terapi yang sesuai untuk membantu mengatasi depresi pada anak.
*Penulis: Amelia Septika.