Fimela.com, Jakarta Pernahkah Mom dan ayah mendapati buah hati tantrum? Bisa dipastikan bahwa setiap orang tua pernah mendapati buah hatinya tantrum. Saat anak tantrum, tak jarang hal ini membuat orang tua merasa kecewa dan emosi. Beberapa orang tua justru memarahi anak. Padahal kemarahan orang tua bisa membuat tantrum anak semakin menjadi-jadi.
Advertisement
Apa Itu Tantrum?
Tantrum merupakan hal yang wajar dan normal dialami anak saat ia tumbuh dan berkembang. Tapi sayangnya, anak tantrum tidak mengenal tempat dan kondisi. Tak jarang, hal ini membuat orang tua kecewa, malu bahkan emosi.
Tantrum sendiri adalah kondisi di mana anak mengalami frustasi, depresi dan kekesalan mendalam. Saat tantrum, anak cenderung mudah marah, menangis kencang, melempar barang, memukul Mom, menolak untuk meninggalkan tempat di mana ia sedang menangis dan menolak mendengar nasehat orang tua. Biasanya, kondisi ini akan diperparah ketika anak lelah, lapar, mengantuk bahkan haus.
Tantrum umumnya dialami oleh anak usia antara 1 sampai 4 tahun. Pada usia ini, anak belum bisa mengungkapkan perasaannya lewat kata-kata. Ia pun mengungkapkan perasaan tersebut lewat tantrum. Lantas, saat anak tantrum, apa yang harus dilakukan orang tua?
Mengatasi Anak Tantrum
Mengatasi anak tantrum harus dilakukan dengan sebijak mungkin. Menuruti segala keinginan anak agar ia berhenti tantrum, ini justru tidak baik. Menuruti semua keinginan anak hanya akan membuat anak semakin sering tantrum. Ia bahkan menjadikan tantrum sebagai senjata pamungkas agar orang tua menginginkan apapun keinginannya.
Saat anak tantrum, yang terpenting untuk dilakukan orang tua adalah tetap tenang. Usahakan juga untuk bersikap lebih tegas dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan anak tidak benar. Tidak apa jika selama anak tantrum, Mom berusaha mengabaikannya sebentar. Ini agar anak menyadari bahwa yang ia lakukan salah atau tidak diterima orang-orang di sekitarnya.
Setelah anak cukup tenang dan tangisannya reda, perlahan peluk dan gendong anak. Cobalah untuk menenangkannya dan memberinya kasih sayang tulus. Saat anak sudah benar-benar tenang, tanyakan apa yang ia inginkan. Beri juga nasehat ke anak bahwa apa yang ia lakukan tidak baik dan tidak benar.
Advertisement
Tantrum dan Kondisi yang Perlu Diwaspadai
Namun, jika sifat tantrum anak terjadi terus menerus meski sudah dilakukan penanganan terbaik, cari tahu lagi apa yang salah dengan anak. Bila perlu konsultasikan kondisi ini dengan ahlinya atau dokter terkait.
Pada sebagian kasus, anak yang sering tantrum bisa terjadi karena kondisi tertentu. Misal anak mengalami gangguan pada fisiknya pun mengalami gangguan pada perkembangan mentalnya. Tidak sedikit kasus yang menunjukkan bahwa tantrum adalah gejala ADHD maupaun autisme pada anak.
Semoga informasi ini bermanfaat. Sebagai orang tua, semoga kita lebih bijak dalam menghadapi anak yang tantrum, rewel dan menangis berlebih setiap harinya.