Fimela.com, Jakarta Sebagai orangtua, memberi nasihat kepada anak remaja merupakan salah satu bentuk kasih sayang. Tujuannya tentu saja untuk kebaikan anak remaja itu sendiri agar ia berhasil mengarungi kehidupan di dunia yang lebih baik.
Apalagi pada masa remaja, anak biasanya mulai mencoba berbagai hal dan sering menemui masalah tertentu. Disitulah kehadiran orangtua sangat dibutuhkan.
Tidak ada salahnya anak remaja mencoba berbagai hal di masa mudanya. Asalkan orangtua terus menemaninya saat mengeksplorasi banyak hal agar tidak terjerumus ke dalam aktivitas yang merugikan masa depan anak. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa orangtua harus berhati-hati dalam menasihati anaknya dalam fase masa remaja.
Advertisement
Dilansir dari yourteenmag.com, mungkin mereka masih anak-anak kecil yang dengan mudahnya mematuhi perintah dan larangan yang ada di benak kita. Namun tak jarang, mereka kerap protes saat dinasihati.
Kalimat “aku bukan anak kecil lagi” akan menjadi kalimat yang sering diucapkan oleh para anak remaja saat merasa dinasehati. Lantas, bagaimana cara memberikan nasihat yang baik kepada remaja? Berikut ini adalah tips untuk memberi nasehat kepada anak remaja yang paling efektif.
Advertisement
Cara menasehati anak remaja
Sebelum memberikan nasihat, pahami tujuh aturan dasar menasihati remaja agar lebih mudah menerima nasihat yang diberikan. Mari terapkan cara di bawah ini;
1. Ingatlah bahwa mereka adalah dewasa muda
Waktu berjalan sangat cepat. Tidak jarang, mereka mengalami gejolak emosi yang luar biasa atau kemampuan gerak yang meroket. Ia kini memiliki pola pikir yang progresif, rasa ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan penalaran dan emosional yang meningkat.
Mereka membutuhkan lingkungan yang mengajarkan mereka tentang kehidupan tanpa menghalangi mereka untuk mengeksplorasi dan mengungkapkan perasaan. Akan lebih baik jika mulai memposisikan mereka sebagai teman yang bisa mereka percaya sekarang. Ingatlah mereka adalah remaja, orang dewasa yang sangat muda.
2. Jangan menggurui
Agar nasihat tersampaikan secara efektif, posisikan diri sejajar dengan anak remaja, berikan kesan bahwa kamu adalah seorang teman. Di usia remaja, kebanyakan anak akan mencari teladan dan penghiburan dari orang-orang yang jarak usianya tidak terlalu jauh dari mereka. Misalnya, masa yang tidak terlalu jauh untuk teman sebaya, senior, atau saudara kandung.
Mereka mungkin lebih berpengalaman tetapi belum tentu bijak dalam menghadapinya. Jadi, agar anak remaja tidak ke mana-mana untuk menemukan seseorang yang bisa dia percayai, posisikan diri sebagai temannya
3. Ajak berdiskusi dan berikan argumen yang logis
Saat anak beranjak remaja, inilah saatnya kamu mengembangkan kemampuan penalaran dan empati. Jika ada perintah, larangan, atau fenomena yang mereka pertanyakan, kamu dapat berbicara dengan mereka dan membagikan pendapat. Tidak ada salahnya memperbanyak dialog dengan anak. Begitulah cara melatih kemampuan berpikir dan mengolah perasaannya.
4. Dengarkan masukan mereka
Beri mereka tempat untuk mengungkapkan isi hati dan pikiran mereka tanpa mengganggu mereka. Apalagi jika ada perubahan pola harian. Jika orang terbiasa didengarkan, mereka akan merasa dihargai, dan rasa percaya diri mereka akan tumbuh. Selain itu, dia dapat belajar bagaimana didengarkan dapat membantu meningkatkan keterampilan empati lembut mereka.
5. Hormati proses mereka
Mungkin mereka membuat banyak kesalahan. Itu wajar karena mereka sekarang baru beranjak dewasa. Jika mereka melakukan kesalahan, jangan dimarahi atau diteriaki. Itu bisa menghancurkan hati mereka karena hati mereka masih rapuh.
6. Dekatkan mereka dengan agama dan lingkungan positif
Agama dan lingkungan yang baik adalah dua hal yang harus mendekatkan tumbuh kembang anak. Masa muda adalah waktu yang tepat untuk menekankan cinta kepada Tuhan dan agama. Selain itu, agama juga sangat berperan dalam membentuk kepribadian yang luhur yang membantunya dalam kehidupan bermasyarakat.
Mengenalkan anak pada lingkungan yang baik juga patut diacungi jempol dalam membentuk kepribadiannya. Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Hubungan horizontal dengan lingkungannya dapat memperluas wawasan bayi dan berdampak positif pada kemampuan mereka untuk berempati dan mandiri.
*Penulis: Sri Widyastuti
#WomenForWomen