Fimela.com, Jakarta Anak yang berumur di bawah 10 tahun memiliki jiwa untuk mengeksplorasi banyak hal. Terkadang apa yang dilakukan oleh anak membuat orangtua khawatir, salah satunya adalah ketika anak terkena air panas yang menyebabkan luka bakar.
Melansir dari kidshealth.org luka bakar akibat air panas atau cairan lain merupakan luka bakar yang paling umum terjadi pada anak usia dini. Perlu diketahui bahwa luka bakar dapat terjadi berkisar dari yang ringan hingga mengancam nyawa, bahwa beberapa pasien harus dirawat di rumah sakit.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa hampir 75 persen luka bakar pada anak kecil berasal dari cairan, air keran panas, atau uap. Sedangkan, 20 persen berasal dari luka bakar “kontak” karena menyentuh benda panas seperti setrika pakaian atau hair dryer dan catokan.
Advertisement
Terdapat 3 fase luka bakar yang dapat menunjukkan seberapa parah luka bakar yang dialami oleh anak, berikut 3 fase tersebut dilansir dari healthychildren.org.
- Fase pertama: kulit menjadi merah, namun tidak melepuh. Pada fase ini kulit anak terasa menyakitkan, seperti sengatan matahari.
- Fase kedua: lapisan luar kulit terbakar dan sebagian dermis mengalami kerusakan. Apabila anak mengalami luka bakar seperti ini ketahuilah bahwa ini sangat menyakitkan bagi anak hingga dapat menyebabkan kulit mereka melepuh.
- Fase ketiga: pada fase ini anak telah mengalami luka bakar parah yang ditandai dengan kulit hangus atau putih. Epidermis dan dermis (dua lapisan atas kulit) mengalami kerusakan permanen.
Lantas, pertolongan pertama seperti apa yang harus dilakukan oleh orangtua untuk membantu anak yang mengalami luka bakar?
Advertisement
Pertolongan Pertama Luka Bakar pada Anak
Apabila anak Sahabat Fimela mengalami luka bakar ringan fase yang pertama dapat melakukan beberapa cara untuk mengurangi keparahan dari bakar yang dialami sang anak. Adapun cara yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Dinginkan luka bakar
Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh para orangtua adalah dengan mendinginkan luka bakar. Caranya adalah dengan berikan air yang mengalir di atas luka bakar selama lima menit. Hal ini dapat membantu menghentikan proses pembakaran, serta mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
Jangan coba-coba untuk mendinginkan luka bakar anak menggunakan es dan jangan menggosok luka bakar tersebut karena dapat memperparah luka. Apabila luka melepuh jangan pecahkan lepuhan tersebut karena dapat meningkatkan risiko infeksi di area kulit yang terbakar.
2. Tutupi luka bakar
Tutupi area yang terbakar dengan perban bersih yang tidak menempel di area yang terbakar. Ini membantu mengurangi risiko infeksi dan mengurangi rasa sakit.
3. Lindungi luka bakar
Meskipun luka bakar terasa perih, pastikan untuk terus menjaga kebersihan area kulit yang terbakar dengan membersihkannya menggunakan sabun dan air. Pastikan untuk membersihkan area tersebut dengan lembut agar tidak memperparah luka bakar. Sahabat Fimela juga tidak boleh sembarangan untuk mengoleskan salep apapun ke area luka bakar, kecuali instruksi dari dokter.
Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Perlu diketahui bahwa apabila anak mengalami luka bakar listrik atau luka bakar yang menyebabkan kulit menjadi hangus, kasar, terbakar habis, hingga tak terasa berarti luka bakar tersebut telah berada dalam fase parah yang membutuhkan bantuan medis.
Setiap luka bakar yang ditandai dengan ciri-ciri melepuh dan membengkak karena ditutupi oleh area yang lebih besar dari ukuran tangan anak, atau luka akar yang berada di tangan, kaki, wajah, alat kelamin, dan di atas persendian merupakan luka bakar yang serius juga. Dalam hal ini anak perlu ditangani oleh dokter atau berada di ruang gawat darurat untuk mendapatkan perawatan medis.
Luka bakar yang semakin dalam dapat meninggalkan bekas luka. Sementara itu,untuk luka bakar yang ringan dengan kondisi tidak melepuh biasanya dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas luka bakar. Hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir bekas luka adalah dengan menutupi luka bakar sampai sembuh dan jangan menghancurkan bekas lepuhan agar tidak terjadi infeksi.
Penulis: Angela Marici
#Women for Women