Sukses

Parenting

Dari Balita hingga Remaja, Berikut Tips Mengenalkan Sex Education pada Anak sesuai Usia

Fimela.com, Jakarta Berbicara tentang seks merupakan sebuah hal yang masih tabu di masyarakat Indoneia, terlebih lagi jika hal tersebut dibicarakan di depan anak-anak. Namun, sex education merupakan salah satu edukasi penting yang harusnya diajarkan oleh orangtua kepada anak mereka bahkan sejak mereka masih balita. Pengetahuan tentang sex education di kalangan masyarakat Indonesia masih terbilang minim. Padahal kurangnya pengetahuan mengenai seks dapat berakibat fatal pada anak-anak ketika mereka memasuki usia remaja. 

Memulai pembicaraan tentang seksualitas lebih awal dan terus melanjutkan pembicaraan tersebut selama anak tumbuh merupakan strategi terbaik yang dapat diterapkan oleh para orang tua dalam mengenalkan sex education pada anak mereka. Ketika berbicara mengenai sex education pada anak, penting untuk menjelaskan beberapa hal dengan cara yang bisa dimengerti oleh anak. Dengan kata lain, orang tua dapat menjelaskan terkait sex education pada anak sesuai dengan usia mereka.

Merangkum dari berbagai sumber, berikut merupakan tips mengenalkan sex education pada anak sesuai dengan usia mereka.

Anak usia 0-2 tahun

Pengenalan sex education pada anak usia 0-2 tahun secara teknis tidak terlalu digolongkan sebagai sex education. Pada usia ini, orang tua hanya membiarkan anak untuk mengeksplor tubuh mereka sendiri dan mengenal bagian tubuh yang menjadi pembeda antara pria dan perempuan. Melansir dari heysigmund.com, berikut merupakan tips yang dapat diterapkan orang tua ketika mengenalkan sex education  pada anak usia 0-2 tahun:

  • Ajari anak untuk mengenal bagian tubuh, termasuk penis dan vagina.
  • Biarkan anak untuk menyentuh seluruh bagian tubuhnya ketika mereka mandi ataupun waktu mengganti popok.
  • Ajari anak tentang perbedaan bagian tubuh antara anak laki-laki dan perempuan, anak laki-laki memiliki penis dan anak perempuan memiliki vagina.
  • Mulai ajari anak mengenai fungsi dari bagian tubuh.
  • Jika anak sangat suka untuk telanjang sepanjang waktu, ajari anak soal batasan terkait bertelanjang tubuh. Beri tahu mereka bahwa ada waktu dan tempat tertentu untuk anak bisa bertelanjang.

Anak usia 2-4 tahun

Pada usia ini, anak-anak cenderung tertarik dengan kehamilan dan bayi, mereka akan bertanya soal "Dari mana datangnya bayi?" atau "Bagaimana bayi bisa lahir?". Ketika anak bertanya perihal ini, orang tua dapat menjelaskan proses dasarnya, seperti sperma dan sel telur bersatu sehingga menghasilkan seorang bayi, karena anak di usia 2 hingga 4 tahun cenderung bisa memahami proses dasar reproduksi. Anak pada usia ini lebih tertarik terkait bayi dan kehamilan daripada aksi dari kegiatan seksnya.

Mengutip dari aboutkidshealth.ca, berikut merupakan cara mengenalkan sex education pada anak usia 2-4 tahun:

  • Anak sudah harus paham bahwa tubuh mereka adalah milik mereka dan tidak ada orang lain yang boleh menyentuhnya tanpa izin mereka. Ajari anak bahwa tidak ada yang boleh untuk meminta menyentuh alat kelamin mereka kecuali orang tua mereka dan petugas kesehatan dalam situasi tertentu. Jika anak mengetahui tentang ini, mereka akan cenderung paham dan memberitahu kepada orang tua jika mereka mengalami kekerasan seksual.
  • Pada usia ini, anak harus belajar mengenai izin sebelum menyentuh orang lain (berpelukan, menggelitik, dll). Anak juga harus diajari mengenai batasan seperti paham terkait personal space orang lain.
  • Ajari anak soal privasi terkait area tubuh. Beri tahu mereka bagian tubuh mana saja yang tidak boleh diperlihatkan ke banyak orang di area umum.

Anak usia 5-8 tahun

Berikut merupakan tips mengenalkan sex education pada anak usia 5 hingga 8 tahun:

  • Ajari anak untuk menggunakan gadget dengan bijak, seperti menghindari konten dewasa yang mengandung nudity.
  • Ajari anak tentang pengetahuan dasar pubertas. Mereka harus belajar mengenai perubahan tubuh yang mungkin akan terjadi ketika anak mengalami pubertas. Ajari mereka juga tentang menjaga kebersihan diri dalam masa pubertas. Mendiskusikan hal ini sejak ini akan membantu mempersiapkan mereka terhadap perubahan yang akan terjadi pada diri mereka dan memberi tahu bahwa hal tersebut adalah normal.
  • Berikan pemahaman terkait kegiatan seksual. Ajari anak bahwa bayi hadir dari kegiatan seksual yang dilakukan oleh perempuan dan pria. Beri tahu mereka bahwa kegiatan seksual hanyalah diperuntukkan untuk orang dewasa bukan anak-anak.

Anak usia 9-12 tahun

Melansir dari aboutkidshealth.ca, berikut merupakan cara mengenalkan sex education pada anak usia pra-remaja yakni 9 hingga 12 tahun:

  • Pada usia ini, anak harus diberitahu soal safe sex dan alat kontrasepsi. Mereka harus diajari mengenai informasi dasar terkait kehamilan dan penyakit seksual menular. Mereka harus tahu bahwa menjadi remaja bukan berarti mereka harus menjadi sexually active.
  • Ajari anak mengenai keamanan internet seperti bullying dan sexting. Mereka harus mengetahui bahaya membagikan foto nude atau foto seksual diri mereka sendiri ke teman sebayanya.
  • Anak harus memahami tentang bentuk tubuh dan seksualitas yang ditayangkan di media. Mereka harus paham apakah hal tersebut merupakan sesuatu yang positif atau negatif.

Anak usia remaja (13-18 Tahun)

Melansir dari aboutkidshealth.ca, berikut merupakan cara mengenalkan sex education pada anak usia remaja yakni13 hingga 18 tahun:

  • Pada usia ini, anak sudah harus diberikan informasi mendetail terkait menstruasi dan mimpi basah. Mereka juga harus paham mengenai kehamilan, penyakit seksual menular, konsep kontrasepsi dan cara memakainya untuk mengetahui kegiatan sex yang aman.
  • Anak juga harus diberi pemahaman soal healthy and toxic relationship. Ajari mereka soal consent dalam hal kegiatan seksual. Mereka juga harus dibekali dengan kemampuan untuk menolak atau menyudahi hubungan yang tidak sehat.
  • Di usia remaja, anak cenderung menjadi lebih tertutup. Namun, jika orang tua sudah membicarakan soal sex education sejak mereka dini, makan anak kemungkinan besar akan meminta pendapat orang tua jika menemukan kesulitan perihal topik ini.

 

*Penulis: Frida Anggi Pratasya.

#Women for Women

 

 

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading