Fimela.com, Jakarta Hepatitis misterius yang dijuluki sebagai acute hepatitis of unknown aetiology tanpa penyebab jelas pertama kali ditemukan di Inggris Raya pada Selasa, 5 April 2022. Hingga kini, hepatitis misterius tersebut sudah terdeteksi di 20 negara.
Secara global, jumlah kasus terdeteksi hepatitis akut sebanyak 228 orang dan 50 kasus masih dalam penyelidikan. Di Indonesia sendiri sudah terdapat 18 kasus dugaan hepatitis akut dengan tujuh diantaranya meninggal dunia.
Dikutip dari Liputan6.com, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr. Mohammad Syahril menyatakan hepatitis akut sebenarnya bisa disembuhkan. Saat sembuh, pasien bahkan bisa beraktivitas seperti biasa tanpa mengalami gejala hepatitis akut apapun.
Advertisement
Namun, ia menambahkan masih ada kemungkinan pasien terkena penyakit tersebut secara berulang. Hal tersebut bisa berpotensi terjadi saat orang tersebut melakukan kontak lagi dengan orang atau pasien yang terkena hepatitis akut.
BACA JUGA
Advertisement
Transplantasi hati bagi pasien
Pada kasus hepatitis misterius yang pernah terjadi, pasien bisa sembuh dengan melakukan transplantasi hari. Transplantasi hati ini dilakukan guna menggantikan fungsi organ hati yang bermasalah dengan hati yang sehat.Â
Dalam kesempatan berbeda, dokter spesialis anak konsultan gastrohepatologi, RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM-FKUI), Dr dr Hanifah Oswari juga menyebutkan hal serupa. Ia mengatakan, pasien hepatitis akut memang bisa sembuh, bahkan hepatitis akut bisa hilang secara mendadak.Â
Meski begitu, ia menyatakan, apabila terjadi perburukan pada pasien hepatitis akut maka perburukan tersebut juga bisa terjadi secara cepat. Jika pasien tak segera mendapat penanganan hingga perburukan penuh, pasien bisa tidak tertolong kembali.Â
Gejala hepatitis akut
Untuk gejala hepatitis akut sendiri, Syahril sempat menjabarkan beberapa gejala yang merujuk kepada kasus hepatitis misterius ini. Sampai sekarang, gejala yang kerap muncul kepada orang yang terjangkit berupa sakit perut, diare, mual, muntah, dan demam.Â
Sejalan dengan hal ini, masyarakat diminta terus waspada jika mengalami atau menemukan gejala serupa. Gejala bisa semakin parah dengan perubahan warna air kencing hingga berwarna pekat seperti teh. Selain itu, gejala lain meliputi warna feses pun berubah menjadi putih pucat, kulit dan mata menguning, hingga penurunan kesadaran.
Apabila masyarakat menemukan anak atau orang sekitar yang menunjukkan gejala serupa, maka pasien harus segera memeriksakan kondisinya ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.Â
Â
Penulis: Ersya Fadhila Damayanti
#Women for Women