Fimela.com, Jakarta Masa awal kehidupan seorang anak, terutama dua tahun pertama kehidupannya, biasanya menjadi masa-masa penentu tumbuh kembangnya karena semua organ masih dalam tahap perkembangan dan terus mengalami penyesuaian dengan kondisi diri sang anak setiap harinya.
Dalam hal ini, saluran cerna juga menjadi salah satu yang harus menjadi perhatian karena organ inilah yang akan memengaruhi kehidupan anak di masa emasnya.
Advertisement
BACA JUGA
Saluran pencernaan merupakan salah satu organ yang paling rentan terjadi infeksi, terutama dalam dua tahun kehidupannya. Hal ini dikarenakan, dalam periode tersebut anak telah terpapar oleh ribuan bakteri dan zat asing lainnya, sedangkan sistem organ belum berkembang atau berfungsi secara optimal.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi Frieda Handayani menjelaskan bahwa kondisi tersebut mengakibatkan anak mudah mengalami gangguan saluran cerna fungsional dan membuat mereka mudah jatuh sakit.
“Ketika dua tahun pertama kehidupan anak, antibodi dalam tubuhnya belum 100% berkembang sempurna, sehingga rentan sekali terkena gangguan atau penyakit,” ujar dr. Frieda dalam webinar yang diselenggarakan oleh Danone Specialized Nutrition Indonesia, Rabu (13/10).
Webinar yang mengangkat tema “Gejala Alergi Saluran Cerna VS Gangguan Saluran Cerna Fungsional: Cara Membedakannya” ditujukan untuk memberikan edukasi kepada para orangtua terkait gejala gangguan pada saluran pencernaan anak dalam masa awal kehidupannya.
Advertisement
Cara Membedakan Gangguan dan Alergi Saluran Cerna
Dalam webinar tersebut, dr. Frieda menjelaskan bahwa gangguan saluran cerna fungsional tau yang dikenal dengan istilah FGID memiliki kemiripan dengan alergi saluran cerna. Namun pada dasarnya, kedua hal tersebut merupakan hal berbeda.
“FGID atau gangguan saluran cerna fungsional adalah suatu kondisi yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya baik secara struktur maupun biokimia. Namun, biasanya hal ini terjadi pada masa-masa awal kehidupan anak, dan penyebabnya adalah karena organ pencernaan mereka masih belum ‘matang’ untuk melakukan perannya,” jelas dr. Frieda.
Frieda menjelaskan bahwa gangguan saluran cerna terbagi menjadi 3 gejala, yakni Kolik, Gumoh, dan Konstipasi.
Kolik merupakan perilaku bayi yang cenderung rewel tanpa alasan yang jelas dan sering terjadi pada usia bayi dua minggu hingga dua bulan. Gumoh merupakan keadaan di mana bayi mengeluarkan ASI yang berlebih secara tidak sengaja karena fungsi motilitas saluran cerna bayi belum berkembang sempurna, dan biasanya terjadi pada usia 2-4 bulan. Sedangkan, konstipasi merupakan kondisi bayi kesulitan buang air besar yang terjadi selama setidaknya dua minggu, dan sering terjadi pada bayi yang berusia lebih dari 6 bulan dan telah mengonsumsi MPASI.
Jika Tak Ditangani, Dapat Menjadi Alergi
Biasanya, orangtua akan sulit membedakan apakah gangguan saluran cerna yang dialami anak disebabkan karena gangguan fungsional, atau merupakan manifestasi alergi. Sehingga, orangtua perlu membedakan gejala gangguan dan gejala alergi itu sendiri.
“Penting sekali orangtua mengenali penyebab gangguan saluran cerna tersebut karena gangguan dan alergi saluran cerna membutuhkan penanganan yang berbeda,” tambahnya
Gangguan saluran cerna pada anak akan berpotensi menjadikannya alergi, salah satunya alergi susu sapi. Frieda menjelaskan bahwa anak yang mengalami gejala gangguan saluran cerna dalam jangka waktu yang lama bisa jadi mengidap alergi susu sapi.
“Untuk membedakannya sebenarnya mudah, namun perlu ada ketelitian dari orangtua. Orangtua perlu peka dengan kondisi sang anak, apakah gejala kolik, konstipasi, ataupun gumoh tersebut terjadi selama lebih dari dua minggu atau tidak. Jika iya, maka mungkin anak mengalami alergi pada saluran cernanya,” jelas Frieda.
Dalam kasus alergi susu sapi, biasanya gejala muncul kurang dari 2 jam hingga 3 hari setelah minum susu sapi, dan biasanya muncul gejala di kulit, saluran napas, hingga saluran cernanya atau biasanya terjadi konstipasi dalam jangka waktu yang lama.
Advertisement
Pentingnya Deteksi Dini dan Konsultasi
Gejala gangguan saluran cerna dapat menjadi manifestasi alergi. Maka dari itu, orangtua perlu memerhatikan setiap gejala yang dialami oleh anak, dan segera berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
“Apabila gejala terus berlanjut dan terdapat red flags, yakni anak mengalami gangguan pertumbuhan, interaksi sosial yang tidak baik, gangguan makan, hingga muntah darah, segera hubungi dokter,” paparnya
Jika tak ditangani dengan baik, maka akan memberikan dampak kesehatan yang kurang baik di masa yang akan datang dan mengganggu kualitas hidup dan proses tumbuh kembang seorang anak. Maka dari itu, perlu ada deteksi dini yang harus dilakukan oleh orangtua demi mencegah terjadinya kondisi-kondisi tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan membantu orangtua untuk bisa melakukan deteksi dini pada anaknya, Danone Specialized Nutrition Indonesia memperkuat komitmennya melalui inovasi berupa alat deteksi digital untuk membedakan gejala alergi dan gejala saluran cerna fungsional pada anak, yakni dengan menghadirkan Allergy-Tummy Checker.
“Allergy-Tummy Checker ini kami buat untuk mempermudah orangtua dalam membedakan gejala gangguan saluran cerna yang disebabkan oleh alergi atau hanya gangguan saluran cerna biasa,” ujar Gut and Allergy Care Manager Danone Indonesia Shiera Maulidya.
Dengan adanya alat ini, nantinya diharapkan para orangtua dapat mengetahui penanganan yang tepat untuk menghindari kondisi pemicu alergi, termasuk pada pemilihan nutrisinya, Allergy-Tummy Checker ini dapat diakses di www.bebeclub.co.id per tanggal 1 November 2021.
Penulis: Chrisstella Efivania
#Elevate Women