Fimela.com, Jakarta Matematika mungkin menjadi mata pelajaran yang tidak mudah dipahami oleh sebagian anak. Belajar dengan tekun menghadapi matematika kerap menjadi tuntutan orangtua kepada anaknya. Sadar atau tidak, tuntutan ini dapat menyebabkan stres berlebih pada anak.
Tidak semua orang memang secara langsung memberikan tekanan dan tuntutan pada anak untuk mengerjakan dan melewati kesulitan yang sedang ia hadapi. Alih-alih memberikan semangat, kalimat ini kerap dilontarkan orangtua dan membuat anak semakin frustasi.
Advertisement
BACA JUGA
"Yuk! Kamu pasti bisa!"
Terdengar familiar? Sekilas kalimat terlihat sangat baik untuk memberikan energi positif pada anak. Namun ternyata kalimat ini justru memberikan rasa putus asa dan frustasi yang lebih besar pada anak.
Advertisement
Memberi tekanan lebih
Menurut ahli, ketika anak berkata "Saya tidak bisa", orangtua cenderung langsung membantahnya tanpa dilandasi dasar emosional yang tepat. Seorang psikolog bernama Dr. Siggie Cohen mengatakan terkadang anak mengatakan tidak bisa bukan karena ia tidak mampu, melainkan ia tidak mau melakukannya.
Perlu beberapa pendekatan untuk memberikan semangat pada anak sebagai dukungan emosional.
"Anda memberi anak Anda bimbingan dan dukungan emosional. Anda memvalidasi perasaan mereka tanpa menyerah dari apa yang mereka rasakan. Dengan kata lain, Anda mengakui perasaan mereka yang membuat mereka merasa tidak sendirian," ungkap dr. Cohen.
Pendekatan win-win solution
Pendekatan ini memberikan 'win-win solution' bagi anak maupun orangtua. Sebagai orangtua, kamu bisa katakan ini,
"Maksudmu, kamu tidak mau. Aku mengerti, sayang. Terkadang ketika kita tidak ingin melakukan sesuatu, kita mengatakannya bahwa tidak bisa, padahal sebenarnya kita bisa."
Advertisement
Simak video berikut ini
#elevate women