Fimela.com, Jakarta Ketika anak mendekati atau telah melewati usia 3 tahun, sebagai orangtua mungkin kamu akan bertanya-tanya apakah mereka siap untuk memulai pendidikan pra-sekolah atau PAUD.
Memasuki jenjang PAUD adalah pilihan, namun berbeda dengan sekolah TK yang mana seorang anak harus memiliki kesiapan untuk bisa menghadapi berbagai macam kegiatan yang lebih rutin untuk mempersiapkan dirinya masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni Sekolah Dasar (SD).
Advertisement
BACA JUGA
Menentukan apakah anak siap untuk masuk TK atau tidak adalah keputusan yang besar, tetapi terdapat beberapa indikator utama yang dapat membantumu memutuskan apakah anakmu siap masuk TK atau tidak.
Melansir dari Verywell Family, terdapat 5 indikator yang menjadi tolok ukur utama dalam mempertimbangkan apakah anak siap untuk masuk ke jenjang pendidikan TK dan usia idealnya. Lantas, berapa usia ideal seorang anak memasuki jenjang pendidikan TK dan apa saja indikator kesiapannya?
Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Advertisement
Usia ideal anak masuk TK
Di Indonesia, jika melihat ke persyaratan masuk SD, anak yang bisa masuk SD minimal berusia 7 tahun untuk masuk ke SD negeri. Sementara untuk SD swasta sendiri, mereka sudah bisa menerima anak yang berusia 6 tahun. Maka dari itu, usia ideal masuk TK adalah 4-5 tahun.
Usia masuk TK tersebut bukanlah menjadi patokan pasti seorang anak harus masuk TK karena hal ini tak bisa disamakan antara satu dengan anak lainnya. Bahkan, adik-kakak pun bisa memiliki tingkat kesiapan yang berbeda.
Jadi, sebagai orangtua, kamu tak perlu memaksakan usia anak masuk TK sedini mungkin, karena orangtualah yang bertugas untuk mengenali indikator kesiapannya dan membantu anak untuk mencapai indikator-indikator tersebut.
Lalu, apa saja kelima indikator kesiapan yang harus dipersiapkan oleh orangtua agar anak siap memasuki jenjang pendidikan awalnya?
1. Mengenali kebutuhan ke toilet
Beberapa sekolah mengharuskan siswanya untuk dilatih ke toilet sendiri, atau setidaknya mereka mengenali kebutuhannya ketika ingin ke toilet. Bukan hanya tidak lagi memakai popok, tetapi mereka juga harus tahu kapan mereka butuh buang air kecil dan buang air besar.
Dalam hal ini, mereka harus bisa menyampaikan kebutuhannya meski orangtuanya tak berada di sekitarnya. Hal ini penting karena nantinya ketika mereka berada di sekolah, anak harus berkomunikasi langsung kepada guru atau orang dewasa lainnya ketika ingin buang air kecil atau besar.
Selain itu, mereka juga harus tahu cara menarik dan menggunakan celananya, serta mencuci tangannya setelah pergi ke toilet.
2. Bisa mendengarkan instruksi
Biasanya, tidak ada aturan super ketat di jenjang pra-sekolah atau TK, tetapi diharapkan anak dapat mengikuti instruksi sederhana. Di TK biasanya anak-anak diminta untuk bersih-bersih, berjalan berbaris dengan anggota kelas lainnya, dan melakukan berbagai kegiatan lainnya.
Terlepas dari usia masuk TK, perhatikan apakah sudah bisa memahami instruksi dan mampu menjalankannya. Semakin bertambahnya usia, kemampuan mereka akan meningkat dengan memahami instruksi berlapis seperti 2-3 perintah sekaligus.
Kamu dapat mulai memberikan tugas mudah kepada anak yang dapat mereka lakukan sendiri seperti mengatur piring di meja makan, atau membantu membawakan barang-barang sederhana. Pilihlah tugas-tugas sederhana yang dapat diselesaikan setiap hari.
Advertisement
3. Kemampuan berbicara
Anak berusia 3-4 tahun tidak diharapkan memiliki kemampuan berbicara yang sempurna. Tetapi, orang lain harus dapat memahami apa yang mereka katakan. Demikian sebaliknya, anak juga harus dapat mendengar dan memahami orang lain.
Biasanya, anak-anak usia pra-sekolah dapat berbicara dalam kalimat sederhana tiga sampai lima kata. Jika kamu mencurigai anakmu memiliki masalah berbicara atau pendengaran, bicarakan dengan dokter anak. Mereka harus dapat merekomendasikan terapi wicara atau audiolog yang berspesialisasi menangani anak kecil.
4. Bisa lepas dari orangtua
Anak-anak yang selalu ditemani orangtua sepanjang hari pasti akan mengalami kecemasan akan perpisahan yang akan dialaminya saat sekolah. Jika kamu belum pernah meninggalkan anak sebelumnya, mereka cenderung marah ketika kamu meninggalkannya. Namun, jangan khawatir karena kamu dapat mulai melatih keterampilan ini.
Untuk waktu yang singkat, tinggalkan mereka dengan teman atau anggota keluarga saat kamu pergi ke pasar atau supermarket. Kamu juga dapat mencoba meninggalkan anakmu dengan tetangga ketika kamu berjalan-jalan di sekitar komplek perumahanmu.
Kuncinya adalah, anak belajar untuk berpisah darimu, dan ia percaya bahwa kamu akan kembali. Perlu diingat, bahkan mereka mungkin masih menangis atau khawatir pada awalnya karena ditinggalkan di sekolah. Namun, seiring berjalannya waktu, kekhawatiran yang mereka alami pasti akan mereda.
5. Kemampuan motorik
Biasanya, sebelum anak masuk TK, sekolah akan mengadakan tes untuk melihat kemampuan motorik halus dan motorik kasar mereka. Dalam hal ini, orangtua bisa menganalisis hal tersebut di rumah dengan melihat bagaimana anak memegang alat tulis hingga beraktivitas fisik yang memerlukan koordinasi otot.
*Penulis: Chrisstella Efivania.
#ElevateWomen