Fimela.com, Jakarta Menyapih adalah masa-masa di mana si kecil berhenti menyusui. Menurut anjuran WHO, menyapih sebaiknya dilakukan di usia 2 tahun karena sudah memiliki gizi lengkap, bisa makan semua makanan, dan mulai mandiri.
Meski demikian, proses menyapih tidaklah mudah. Payudara bengkak kerap menjadi kendala yang dihadapi para ibu saat mulai menyapih anak. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Menurut konselor laktasi, dr. Sara Elisa Wijono, pembengkakan di payudara mungkin dapat terjadi sebagai dampak berhenti menyusui secara mendadak.
Advertisement
“Seringkali pembengkakan pada payudara terjadi akibat berhenti menyusui secara mendadak. Sebenarnya badan kita masih terbiasa mengeluarkan ASI 4 kali sehari, tapi tiba-tiba setop jadi enggak ada outputnya yang mau keluar,” kata dr. Sara dalam webinar Mama Choice, Rabu (25/8/2021).
Advertisement
Menyapih secara bertahap
Oleh karena itu, meski telah berhenti menyusui, perawatan payudara tetap harus dilakukan. Sebab, pembengkakan yang dibiarkan terjadi bisa menimbulkan gejala yang tidak diinginkan. Mulai dari rasa nyeri yang parah hingga memicu risiko mastitis atau peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi dan disertai dengan rasa sakit luar biasa.
Untuk mencegah pembengkakan saat menyapih, dr. Sara merekomendasikan untuk menyapih secara bertahap. Idealnya, menyapih dilakukan secara bertahap selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan.
“Kuranginya pelan-pelan, misalnya si kecil sudah di target disapih dari umur 2 tahun, maka 6 bulan sebelumnya frekuensi menyusuinya mulai dikurangi,” kata dr.Sara
“Selain menyusui anak, juga bisa dibantu melalui pumping. Dari 2 kali pumping di drop jadi 1 kali pumping perhari. Jadi secara bertahap mengurangi frekuensi menyusuinya. Mengurangi sesi menyusui secara perlahan pun juga memberi tubuh lebih banyak waktu untuk secara bertahap mengurangi suplai ASI, sehingga penumpukan ASI tidak akan terlalu banyak,” pungkasnya.
#Elevate Women