Fimela.com, Jakarta Tak hanya fisik, COVID-19 juga memengaruhi mental anak. November 2020, badan kesehatan dunia, WHO merilis terjadi 95 persen anak stress, melonjak tajam dibandingkan sebelum pandemik. Apalagi sekarang, setelah 1,5 tahun pandemi, bisa dibayangkan bagaimana tingkat stresnya.
Psikolog, Samantha Elsener, M.Si, Psi, mengatakan dampak yang paling minim anak jenuh karena tidak bisa main keluar, lalu jadi kecanduan gadget. Anak mulai cranky, susah tidur, susah makan menjadi bebarapa ciri anak mulai bermasalah dengan kesehatan mental.
“Orangtua harus jeli melihat kebutuhan anak. Apakah dia cranky karena stres, atau karena terlalu banyak informasi yang harus diproses otaknya. Ada masa ketika 200 orangtua datang ke psikolog anak dalam sehari, karena anaknya kecanduan gadget, dan orangtua tidak tahu harus berbuat apa,” ujar Samantha dalam acara Good Doctor.
Advertisement
Pasangan Raisa dan Hamish tengah membesarkan anak pertamanya, Zalina Raine Wyllie di tengah Covid-19 yang terbila bukan hal mudah. Namun, pasangan yang menikah pada 3 September 2017 ini punya cara-cara yang membuat anak perempuannya tidak bosan walau di rumah saja.
Mulai dari baca buku, menyiram tanaman, main dengan kucing, dan bermain dengan merangsang sensori.
“Ada untungnya banget karena Zalina masih kecil, dia belum butuh banyak interaksi dengan anak-anak lain. Pusat kehidupan dia masih orangtuanya, jadi kita maksimalkan family time. Puter otak terus sih. Sekarang sih tinggal di Bali, bisa lebih banyak kegiatan outdoor. Tapi waktu di Jakarta pun kita selalu cari cara, misalnya jogging ajak dia, atau main ke taman yang gak ramai,” ujar Raisa.
BACA JUGA
“Yaya suka baca buku-buku tentang anak. Jadi kita belajar, sebenarnya kalau Zalina nangis atau protes, itu cuma karena dia gak tau bagaiman cara berkomunikasi dengan kita. Jadi kita coba cari tahu. Pelan-pelan komunikasi kita bertiga makin kompak. Kita gak pakai baby sitter. Memang ada tante yang tinggal sama kita, untuk bantuin jaga Zalina kalau kita lagi kerja. Yaya banyak mencari mainan untuk merangsang sensori Zalina. Saya sendiri, kalau ada kesempatan pasti akan ajak dia ke laut, jalan-jalan di rumput, main air. Zalina belum bisa berenang, tapi dia percaya sama aku, dia pegang punggungku, dan kita berenang,” kata Hamish.
Raisa dan Hamish mengatakan menjaga anak juga jadi hobi dan lifestyle mereka saat ini. Bukan hanya 1-2 jam meluangkan waktu untuk bermain dengan anak.
“Kita kan harus punya hobi. Aku merasa, selama pandemi ini, hobiku adalah anak. Aku bener-bener cari kegiatan DIY misalnya bikin edible playdough. Pokoknya bikin apa aja yang bisa dilakuin bareng anak. Itu jadi hobiku. Kita bikin incorporate lifestyle dengan Zalina. Misalnya kita beli makanan ke luar, dia ikut, ikut milih juga. Dan kita ngomong sama dia tuh kayak ke orang dewasa, gak kayak ke anak kecil. It’s nice to see her with sensory, komunikasi sama dia. It’s an incredible journey,” cerita Raisa dan Hamish yang juga sebagai brand ambassador Good Doctor.
Advertisement
Bagaimana mencegah agar si Kecil tidak kecanduan gadget?
Raisa menyapaikan memang sulit ketika anak sudah besar dan harus sekolah daring, tentunya berat. Tapi salah satu triknya, ia selalu membagi waktu dan konten yang ditonton. Dan memanfaat gadegt sebagai kegiatan yang dilakukan bersama keluarga.
“Jadi kalau mau nonton, gak dari HP. HP khusus untuk orangtua saja. Kita nonton di TV, dan nontonnya bareng-bareng, sambil diobrolin. Jadi gadget kita manfaatkan dalam kegiatan sebagai kekuarga, bukan untuk membuat Zalina anteng. Kita gak mau bikin diri sendiri stres dengan melarang gadget, tapi gadget itu kita gunakan sebagai salah satu cara untuk menghabiskan waktu bersama. Di tablet ada mainan edukasi, Zalina main sambil didampingi, jadi tetap ada interaksi,” ujar Raisa.
Menjaga kesehatan selama pandemi
Menurut Raisa, cara paling baik untuk menjaga kesehatan anak adalah orangtua harus sehat secara mental dan fisik. Karena kesehatan kita juga akan berpengruh terhadap kesehatan mental dan fisik anak.
“Yaya sudah duluan vaksin COVID. Saya vaksin pertama Mei kemarin, dan bulan depan vaksin kedua. Banyak orang berpikir, vaksinasi COVID itu ribet, padahal gampang banget,” ujar Hamish.
Dr. Natasya Ayu Andamari, Sp.A juga mengatakan imunitas anak belum sebaik orang dewasa. Apalagi kalau dia tidak mendapat proteksi dari vaksinasi rutin. Ini yang bikin drop, dan anak bisa meninggal.
Pertolongan pertama yang bisa dilakukan kalau anak menunjukkan gejala COVID-19: beri obat sesuai gejalanya. Misalkan anak demam, kasih antidemam. Kalau anak diare, kasih obat antidiare.
Anak <12 tahun belum bisa mendapat vaksinasi COVID-19, karena memang belum ada penelitian yang memadai soal keamanan vaksin COVID-19 pada anak.
Maka yang bisa dilakukan untuk melindungi anak, yang paling sederhana adalah cukupi kebutuhan nutrisinya dari makanan, sesuai pedoman gizi seimbang. Yang juga simple tapi krusial: tidur. Tidur cukp sangat penting untuk meningkatkan imunitas anak. Untuk meningkatkan proteksi, lengkapi imunisasi anak. Setelah itu lakukan proteksi yang lainnya seperti prokes.
“ Pakai masker kalau keluar rumah, rajin cuci tangan, menjaga jarak, membatasi circlec,” ujarnya.
Untuk vitamin yang aman diminum setiap hari, IDAI merekomendasikan vitamin D. Sekarang tambahannya yakni vitamin C, ini juga aman diminum setiap hari. Vitamin-vitamin lain belum ada rekomendasinya.
#elevate women