Fimela.com, Jakarta Kebanyakan orang dilahirkan dalam keluarga mereka. Jesslyn Parrish diadopsi saat usianya 25 tahun dan ini adalah cerita yang aneh.
Sekarang, setelah 5 tahun sejak proses adopsi diselesaikan, Jesslyn jarang menceritakan kisah lengkapnya lagi. Biasanya jika relevan dengan percakapan, Jesslyn akan menyebutkan bahwa dirinya diadopsi, walaupun pada akhirnya semua akan mengira itu terjadi saat ia masih kecil.
Advertisement
BACA JUGA
Jesslyn bertemu dengan ibunya Lisa pertama kali di tahun 2010, saat ia masih seorang mahasiswa yang baru saja pindah ke New College of Florida di Sarasota. Putrinya Charlotte adalah teman sekelas Jesslyn di kelas arkeologi dan mereka menjadi teman dekat.
Hidup Jesslyn saat itu adalah perjalanan rollercoaster dari kecemasan dan depresi yang tidak terdiagnosis, menjadi lebih sulit lagi karena program akademis yang menantang dan hubungan yang sulit dengan keluarga biologisnya sendiri. Baginya, berjuang adalah hal yang normal, tapi ketika akhirnya Jesslyn melihat kembali ke dirinya yang berusia 20 tahun saat itu, ia menyadari bahwa hidup tidak harus dijalani seperti itu.
Advertisement
Hubungan Jesslyn dengan keluarga aslinya tidak baik
Jesslyn selalu mencapai apa yang ia ingin lakukan, mendapatkan nilai bagus, diterima di perguruan tinggi yang bagus, dan menjauhi masalah. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa kecemasan yang tidak pernah berakhir itu tidak perlu atau bahwa ia bisa berharap sesuatu yang lain, selain kritik dari ibu kandungnya sendiri.
Walaupun ia percaya dan bangga dengan pencapaiannya sendiri, harga diri Jesslyn tampaknya bergantung pada apa yang ibunya ingin ia lakukan. Di bulan Desember 2013, Jesslyn lulus dan menerima gelar BA, menjalani konseling setelah selamat dari penyerangan dan tidak diakui oleh ibu kandungnya setelah mereka bertengkar.
Jesslyn memutuskan untuk menghabiskan Natal tahun itu sendirian, sementara teman sekamarnya, salah satunya adalah Charlotte, pergi mengunjungi keluarga mereka. Kehidupan Jesslyn mulai berubah ketika Lisa memberikan perhatian kepadanya.
Pesan teks harian dari Lisa berkembang menjadi percakapan telepon yang rutin selama berminggu-minggu hingga menjadi bagian normal dari rutinitas sehari-hari mereka. Jesslyn tidak mengerti mengapa ibu temannya ingin menghabiskan waktu dan energi untuk dirinya, tapi ia bersyukur karenanya.
Jesslyn berhasil menemukan kebahagiaan setelah diadopsi
Tidak lama setelah itu, Jesslyn memberi tahu semuanya kepada Lisa, termasuk sesi konseling mingguannya, keinginan besarnya untuk tidak melakukan apapun setiap pagi, dan rasa depresi hampir bunuh diri yang melandanya hampir setiap hari. Setelah 2 tahun bertahan hidup susah payah, Jesslyn akhirnya siap untuk mendaftar ke program master dan orang pertama yang ia beritahu tentang hal tersebut adalah Lisa.
Sebelum berangkat ke Irlandia untuk mengambil program master tersebut, Charlotte secara resmi bertanya kepada Jesslyn apakah ia mau bergabung dengan keluarganya. Jesslyn menyetujuinya.
Prosesnya berlangsung singkat dan hanya lewat beberapa tanda tangan, Lisa resmi menjadi ibu Jesslyn. Tiga hari setelah sidang adopsi, Jesslyn berangkat ke Irlandia, Lisa tidak absen untuk menemaninya, ia selalu ada di sana.
Jesslyn tidak pernah menyesali keputusannya diadopsi di usia 25 tahun. Ibunya adalah orang paling sabar dan paling baik, serta paling murah hati yang pernah ia temui.
Bagi Jesslyn, memiliki Lisa dan Charlotte dalam hidupnya telah mengubahnya dalam banyak hal. Ia menyadari bahwa keluarga tidak selalu menjadi sesuatu yang ia miliki sejak lahir. Jesslyn memiliki keluarga baru dan ia sangat bahagia karenanya.
#Elevate Women