Fimela.com, Jakarta Susanna Maddrigal hamil hanya 6 bulan setelah ia menikah. Sebagian besar calon ibu akan sangat bahagia ketika mengetahui mereka akan segera memiliki anak, sedangkan Susanna malah mencoba menahan jeritannya.
Ia ingat suaminya berseri-seri ketika melihat tanda positif dari tes kehamilan yang baru dilakukan oleh Susanna. Ini bukan bagian dari rencananya.
Advertisement
BACA JUGA
Susanna lalu membuat janji ke OB-GYN, ia ingin tahu bagaimana kehamilannya bisa terjadi saat ia rajin minum pil KB. Susanna memang tidak pernah ingin memiliki anak, bahkan saat masih kecil, ia memang tidak suka pada anak-anak.
Gagasan untuk bertanggung jawab atas orang lain dan kemungkinan menghancurkan hidup mereka, sangat menakutkan baginya. Dua minggu setelahnya, Susanna terbangun dengan rasa terbakar pada kakinya dan genangan darah.
Susanna dan suaminya bergegas ke rumah sakit dan menemukan bahwa hidupnya berada dalam bahaya, karena ia mengalami kehamilan ektopik dan janinnya tidak bisa bertahan hidup. Kejadian ini membuat Susanna semakin yakin bahwa ia tidak cocok menjadi ibu seseorang.
Â
Â
Advertisement
Susanna sempat divonis tidak akan hamil lagi
Bahkan dokter menjelaskan bahwa Susanna hanya memiliki setengah ovarium dan 1 tuba falopi yang rusak parah, sehingga kemungkinannya untuk hamil lagi adalah nihil. Kurang dari sebulan kemudian, ia hamil lagi dan Susanna merasa berbeda.
Ia merasa bahwa jika calon bayi tersebut masih bisa menemukan rumah di dalam dirinya, bahkan setelah semua yang Susanna lalui, apakah memang ia harus menjadi ibu karena suatu alasan? Susanna merasa terlalu lemah dan takut, namun ia berjanji akan melakukan apapun yang ia bisa untuk anaknya kelak.
Susanna masih terus merasa ketakutan, tapi kali ini ia tidak merasa sendirian, ia memiliki anaknya dan mereka melakukannya bersama-sama. Awalnya, Susanna merasa konyol, karena ia bicara dengan seseorang yang belum pernah ia temui, namun seiring berjalannya waktu, ia merasa sedang bicara dengan calon anak perempuannya, Annalisa.
Putrinya berhasil mencuri hati Susanna tepat ketika ia lahir. Walaupun begitu, bagi Susanna, memiliki anak masih menjadi hal yang paling menakutkan yang pernah ia lakukan.
Ketika Annalisa belajar berjalan dan berbicara, Susanna menyadari bahwa menjadi orangtua berarti menjadi pemandu hidup bagi manusia kecil yang mati-matian berusaha mencari cara untuk menavigasi dunia ini sendiri. Tugasnya adalah menunjukkan jalan pintas dan jebakan, sehingga perjalanan tersebut bisa dan semoga lebih lancar daripada perjalanannya.
Annalisa mengajari Susanna untuk lebih sadar diri, karena anak-anak memahami segala sesuatu, bahkan ketika orangtua pikir mereka tidak memperhatikannya. Sepanjang perjalannya menjadi seorang ibu, Susanna telah belajar menghargai bagaimana menjalani hidup ini satu per satu.
Kehadiran Annalisa mengubah hidup Susanna
Perjalanan tersebut juga mengajari Susanna satu hal terbesar, yaitu melepaskan. Tidak ada yang lebih membahagiakannya selain melihat gadis kecil yang dulu mencerahkan hari-harinya, sekarang memulai perjalanannya sendiri.
Susanna tidak pernah berpikir ia akan memiliki anak, ia tidak pernah mau, tapi ia sangat senang bisa melakukannya. Memiliki anak adalah pilihan yang sangat pribadi dan hanya karena pilihan tersebut berhasil bagi Susanna, tidak berarti itu akan berhasil bagi orang lain.
Susanna memiliki banyak teman yang tidak punya atau menginginkan anak dan mereka sangat puas dan bahagia tanpanya. Anak-anak tidak secara ajaib membuat hidup lebih baik, sebaliknya, mereka tidak hanya memperumitnya, tapi mereka juga membutuhkan pengorbanan yang dalam dan seringkali sulit.
Sayangnya, ada terlalu banyak orang yang memiliki anak dan tidak siap untuk itu, atau tidak dilengkapi secara emosional atau finansial. Inilah mengapa hanya karena kamu bisa memiliki anak, bukan berarti kamu harus atau kamu akan menjadi orangtua yang baik.
Kisah ini mengubah cara Susanna melihat dunia dan caranya melihat dirinya sendiri. Ini mengajarinya untuk mencintai dengan cara yang ia tidak tahu ia mampu melakukannya.
#Elevate Women