Fimela.com, Jakarta Hampir genap setahun lamanya pandemi Covid-19 ditetapkan secara resmi di Indonesia. Selama itu pula, ada banyak kebiasaan baru yang diterapkan oleh masyarakat, guna memutus rantai penyebaran Covid-19. Meski protokol kesehatan sudah diterapkan semaksimal mungkin, nyatanya nggak sedikit orang yang masih terinfeksi positif Covid-19.
Salah satunya adalah Melaney Ricardo. Public figur yang juga survivor alias penyintas Covid-19 ini membagikan pengalamannya lewat Fimelahood x SoKlin bertajuk Perubahan Kecil, Perlindungan Besar sekaligus peluncuran produk terbaru SoKlin Antisep.
Advertisement
Syok saat Dinyatakan Positif Covid-19
Nggak ubahnya yang dialami orang lain, Melaney Ricardo juga sangat syok ketika dirinya dinyatakan positif Covid-19. Gara-gara Covid-19 yang dialaminya, ia pun sempat kehilangan banyak momen berharga dalam hidupnya.
"Awalnya sangat syok, karena sebagai orang Batak yang terbiasa kumpul-kumpul, akhirnya harus dirawat dan karantina karena kena juga, apalagi bukan hanya sebentar, tetapi sangat lama. Akibatnya aku kehilangan banyak waktu, nggak bisa bekerja. Buatku Covid-19 mengganggu fisik juga mental. Jadi, Covid-19 tak peduli suku, jangan pernah anggap remeh, karena aku sendiri sudah merasakannya," ungkap Melaney.
Melaney pun nggak lupa mengingatkan, agar nggak mudah peluk-pelukan hanya sekadar pakai masker, atau bebas berkegiatan tanpa menerapkan protokol kesehatan hanya karena sudah vaksin. Menurutnya penyintas pun masih bisa terinfeksi lagi, kendati sudah pernah vaksin.
Demi menjaga keluarganya tetap aman sekaligus menghindari terbentuknya klaster keluarga, lantaran pekerjaannya yang lebih banyak dilakukan di luar rumah, Melaney nggak lupa rajin mandi saat pulang ke rumah.
"Setiap pulang harus mandi dulu, kadang keluar sebentar saja sudah mandi lagi, makanya kalau sudah bekerja, aku nggak buru-buru pulang, karena anak sering peluk tiba-tiba. Sebelum ada deterjen yang ada disinfektannya aku agak ribet karena harus sterilisasi dulu saat cuci baju," imbuhnya.
Vaksin Nggak Bikin Tubuh Kebal Covid-19
Selain Melaney Ricardo, turut hadir juga dr Fitria Agustina, SpKK. Menurutnya, vaksin nggak lantas bisa membuat tubuh kebal sepenuhnya dari infeksi Covid-19.
"Banyak yang berpikir, sudah ada vaksin, sudah aman, padahal hasil kasus global sudah di angka 130 juta, sehingga masih tetap tinggi kasusnya, dengan angka kematian di angka 2.8 juta. Indonesia memang nggak menduduki peringkat pertama, per 5 April Indonesia ada di peringkat 20. Mudah-mudahan terus turun. Saat ini kasusnya masih meningkat, ada peningkatan baru sekitar 6700 per 5 April, total yang postif 1,5 juta lebih, kasus sembuhnya juga bertambah, di angka 1,3 juta. Makanya tetap harus waspada, karena pandemi belum berakhir," jelas dr Fitria.
Ia kemudian menegaskan jika vaksin bukan segalanya, terus bisa bebas pergi ke mana-mana. "Vaksin memang sudah bisa meningkatkan imun tubuh, tetapi nggak membuat kita kebal sepenuhnya, karena virus itu terus bermutasi. Intinya sekalipun sudah divaksin, harus tetap menjaga protokol kesehatan," sambungnya.
Advertisement
Rencana Sekolah Tatap Muka Pasca Vaksinasi
Obrolan pun makin menarik, karena juga menghadikan Muhammad Zainal selaku WASH Specialist UNICEF Indonesia. Ia menanggapi wacana sekolah tatap muka pasca vaksinasi, yang masih belum sepenuhnya diterima oleh para orang tua, karena risiko dan keamanan bagi buah hatinya.
"Pada dasarnya UNICEF sejalan dengan program pemerintah. Jika ingin menggelar kegiatan pembelajaran tatap muka, maka sekolah harus mempunyai toilet bersih, punya disinfektan, menyediakan air mengalir untuk cuci tangan, sekolah harus punya akses kesehatan. Selain itu, sekolah punya pengetahuan kondisi penyebaran covid di daerah," ungkap Zainal.
Lebih lanjut, Zainal menambahkan jika sebenarnya Kemendikbud sudah menyiapkan protokol pada saat anak pergi ke sekolah. Protokol tersebut perlu dipahami oleh para wali murid atau orang tua.
"Ada protokol yang disiapkan oleh orang tua sejak dari rumah, seperti memeriksa kondisi kesehatan anaknya, memberikan hand sanitizer, memberikan bekal sendiri agar anak nggak saling pinjam. Begitu juga protokol perjalanan ke sekolah, masuk halaman sekolah, di dalam sekolah, sampai kembali ke rumah. Protokol ini harus dijalankan secara tepat tanpa kompromi," sambungnya.
Bersama dengan WINGS, UNICEF juga telah bersama-sama mendukung program pemerintah dalam meningkatkan terus penerapan 3M sebagai bagian dari adaptasi baru dan pencegahan Covid-19. Selain itu, UNICEF dan WINGS juga membantu masyarakat dalam pengadaan air bersih, sanitasi dan edukasi dalam perubahan perilaku hidup bersih sehat.
Jangan Kasih Kendor, Terapkan Terus Perilaku 3M
Menurut dr Fitria jalur Covid-19 lewat aerosol, sehingga tindakan pencegahan terbaik dengan tetap menerapkan perilaku 3M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak sekaligus menghindari kerumunan.
"Ini juga yang harus diedukasikan kepada anak-anak saat hendak melangsungkan sekolah tatap muka. Edukasi anak untuk hidup bersih, makan makanan bergizi, rajin berolahraga, ingatkan anak-anak agar nggak saling tukar masker, biar nggak sampai membuka klaster baru juga di sekolah. Selalu tekankan juga anak-anak untuk rajin cuci tangan, hingga pas pulang ke rumah selalu mandi. Selalu ganti pakaian yang bersih, dicuci dengan benar. Intinya, diberikan informasi, selalu diingatkan anak-anak," jelas dr Fitria.
Ia menambahkan jika selain aerosol, penularan Covid-19 juga bisa terjadi secara sekunder lewat benda. "Jika ada droplet yang jatuh ke benda, virus SARS-CoV-2 ini dan ada orang yang menyentuhnya, semisal imunnya kurang bagus, maka bisa terinveksi. Inilah pentingnya menjaga kebersihan pakaian juga menggunakan deterjen yang tepat, termasuk yang mengandung disinfektan," tambahnya menjelaskan.
Beruntungnya kini ada deterjen yang sudah mengandung disinfektan, seperti SoKlin Antisep yang diluncurkan dalam acara tersebut. Menurut Joanna Elizabeth Samuel, selaku Marketing Manager Fabric Care Wings Group, "Perubahan paradigma membuat masyarakat menjadikan cara baru, seperti cuci baju pakai air panas, akhirnya kita mengeluarkan produk praktis dan juga efisien. Deterjen dan disinfektan dalam satu produk. Disinfektan dalam bentuk powder, baru pertama di Indonesia. Teknologinya sangat sulit, perlu waktu 1 tahun formula ini sampai stabil," ungkap Joanna.
Nggak sampai di situ, Joanna menjelaskan kandungan dan cara kerja SoKlin Antisep yang nggak hanya membersihkan, tetapi juga bisa membasmi virus, "Dengan kandungan O2 active power dari Hidrogen Peroksida (H2O2), waktu menyentuh air akan melepaskan oksigen dan cepat, kemudian akan menyerang virus, dan virusnya akan mati karena teroksidasi dengan oksigen, jadi membunuh virus dengan oksigen."
Selain itu, berdasarkan eksperimen langsung yang ditunjukkan selama acara, SoKlin Antisep 2 kali lebih tinggi kandungan disinfektannya dibandingkan produk lain. Menariknya lagi, menurut Joanna SoKlin Antisep juga mampu menjaga warna kain agar nggak cepat pudar. Paling penting lagi, deterjen ini nggak panas di tangan walau mengandung disinfektan.
"Jadi, selain menerapkan 3M saat di luar rumah, jangan lupa menerapkan 3M ala SoKlin saat di dalam rumah, yaitu Mandi, Mencuci Baju dan Menggunakan SoKlin Antisep," pungkasnya. Dapatkan SoKlin Antisep ini di berbagai toko terdekat, maupun membelinya secara online dengan klik di sini.