Fimela.com, Jakarta Kemarahan orangtua di masa lampau seringkali masih membekas di hati dan pikiran anaknya. Apalagi kekerasan yang dilakukan orangtua kepada anak. Orangtua yang suka melakukan kekerasan sering disebut Toxic Parenting. Akan tetapi apa sebenarnya definisi orangtua yang ‘toxic’ ?
Untuk lebih jelasnya, toxic parenting bukanlah istilah medis atau konsep yang didefinisikan dengan jelas. Ketika membahas orangtua yang toxic, mereka biasanya menggambarkan orangtua yang secara konsisten berperilaku dengan cara yang menyebabkan rasa bersalah, ketakutan, atau meresahkan pada anak-anak mereka. Tindakan mereka dilakukan berulang-ulang dan menjadi pola perilaku yang secara negatif membentuk kehidupan dan perilaku anak mereka.
Masalahnya, orangtua adalah manusia. Dan itu berarti mereka mungkin membuat kesalahan, terlalu banyak berteriak, atau melakukan hal-hal yang berpotensi merusak anak-anak mereka - bahkan secara tidak sengaja. Tapi dorongan mereka adalah berbuat lebih baik dan memperbaikinya.
Advertisement
Namun, orangtua yang toxic lebih mementingkan kebutuhan mereka sendiri daripada apakah apa yang mereka lakukan berbahaya atau merusak. Mereka kemungkinan besar tidak akan meminta maaf atau bahkan mengakui bahwa apa yang mereka lakukan itu salah. Dan pelecehan atau pengabaian cenderung berkelanjutan atau progresif.
BACA JUGA
Menurut healthline.com, ini adalah tanda-tanda kamu memiliki orangtua toxic:
Perilaku egois
Orangtua mungkin tidak tersedia secara emosional, narsistik, atau mungkin tidak peduli dalam hal yang kamu butuhkan. Ini mungkin terasa seperti semua situasi kembali ke pertanyaan yang sama mereka tidak mementingkan kalian dan seringkali meninggalkan kalian dengan tanya "Bagaimana dengan AKU?"
Pelecehan fisik dan verbal
Pelecehan mungkin tidak selalu memukul, berteriak, mengancam, atau sesuatu yang sangat jelas. Anak mungkin mengalami pelecehan yang lebih halus seperti penyebutan nama, pengalihan kesalahan, perlakuan diam-diam, atau gaslighting.
Advertisement
Terlalu Posesif
Orangtua yang toxic mungkin mengganggu privasi anak atau tidak mengizinkan anak membuat keputusan sendiri. Atau mungkin mereka terlalu kritis dan mengontrol keputusan anak, bahkan sebagai orang dewasa. Mereka melarang tanpa menjelaskan sebab dan akibat.
Perilaku manipulatif
Orangtua mungkin mencoba mengendalikan anak dengan menggunakan rasa bersalah atau malu untuk bermain-main dengan emosi anak. Orangtua yang beracun bahkan mungkin memegang waktu, uang, atau barang lain sebagai bidak dalam permainan manipulasi mereka.
Penulis : Adonia Bernike Anaya (Nia)