Fimela.com, Jakarta Pernahkah kamu melihat balita yang tiba-tiba rewel tanpa ada alasan yang jelas? Nah, bisa jadi ini merupakan pertanda si kecil sedang mengalami tantrum.
Tantrum, atau yang disebut dengan temper tantrum merupakan bagian normal dari perkembangan anak. Melansir dari Kids Health, tantrum umum terjadi pada anak laki-laki dan perempuan dalam rentang usia 1 hingga 3 tahun. Namun, faktanya beberapa peneliti menemukan tantrum tidak serta merta hilang hingga usia 5 tahun.
Pada taraf ini, anak belum bisa mengekspresikan keinginannya sehingga meluapkannya dengan cara mengamuk, merengek, menangis, menjerit, memukul, hingga menendang. Tantrum juga dapat terjadi ketika anak-anak merasa lelah, lapar, atau tidak nyaman.
Advertisement
Meski terkadang, si kecil sering tidak tahu tempat dan kerap membuat orang tua frustasi dan malu dibuatnya. Amukan yang berasal dari ketidaknyamanan fisik sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan.
Sebab, dalam kebanyakan kasus amukan tersebut akan berhenti dalam beberapa menit dan si kecil akan kembali menjadi tenang. Kendati demikian, tantrum pada anak tidak boleh dibiarkan terus menerus karena bisa menjadi kebiasaan buruk dan memengaruhi perkembangannya di kemudian hari.
BACA JUGA
Advertisement
Cara atasi tantrum untuk si kecil
Cara merespon tantrum
Memenuhi keinginannya agar si kecil diam merupakan cara yang kurang tepat untuk mengatasi tantrum pada anak. Hal ini justru akan membuatnya semakin sering marah ketika keinginannya tidak dipenuhi.
Pada dasarnya, dalam mengatasi anak tantrum yang terpenting ialah ketenangan. Jadi Anda tak perlu terus mengabulkan keinginan sang buah hati. Secara lebih lanjut, berikut cara merespon tantrum pada anak, yang dilansir Very Well Family.
1. Abaikan mereka
Jika amukan terjadi untuk mendapatkan perhatian orang tua, salah satu cara terbaik untuk mengurangi perilaku ini adalah dengan mengabaikannya. Jika amukan terjadi setelah anak Anda ditolak, tetap tenang dan jangan memberikan banyak penjelasan mengapa anak Anda tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Lanjutkan ke aktivitas lain bersama anak Anda.
2. Bawa si kecil keluar
Terkadang, saat si kecil menunjukan sikap tantrumnya di tempat umum, membuat para orang tua khawatir karena menganggu kenyamanan orang lain, Anda bisa membawanya ke lokasi yang lebih tertutup untuk menenangkannya. Saat mereka sudah tenang, Anda bisa kembali menjalankan aktivitas.
3. Gunakan konsekuensi untuk tindakan agresi
Apabila sikap tantrumnya menjadi agresif dan berbahaya, seperti memukul-mukul orang lain atau melempar barang, Anda bisa turun tangan dan berkata " Jangan memukul". Berikan pengertian bahwa tidak apa-apa merasa marah, tetapi tidak boleh menyakiti siapapun.
4. Berikan perhatian saat mereka selesai
JIka amarahnya sudah reda, ajak dirinya bicara dan terangkan bahwa tindakannya merupakan perilaku yang tidak baik. Berikan pula pujian ketika ia berhasil merendam amarahnya.
5. Alihkan perhatiannya
Mungkin ada saat-saat tertentu rasanya mengabaikan amukan bukanlah pilihan yang baik. Misalnya, ketika berada di pesawat terbang. Dalam kasus seperti itu, Anda bisa mengalihkan perhatiannya dengan memberikan minuman atau permainan seru yang menyenangkan.
Kapan harus konsultasi ke dokter?
Meski disebut-sebut sebagai hal yang normal, ada beberapa perilaku tantrum yang perlu diwaspadai. Tantrum menjadi perilaku yang tak normal jika disertai memukul orang lain, memecah benda, memukul diri sendiri, menahan nafas, menggigit diri sendiri, menggigit orang lain, dan meludahi orang lain.
Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa anak-anak yang lebih sering menunjukkan tantrum, cenderung memiliki masalah kesehatan mental yang mendasarinya. Lamanya amukan juga bisa menjadi pertanda adanya masalah lain.
Tantrum yang berlangsung selama 25 menit atau lebih dapat mengindikasikan masalah yang lebih serius. Jika sudah mendapati si kecil berperilaku demikian, maka segera konsultasikan ke dokter ya, sahabat Fimela.
Penulis: Hilda
#Elevate women