Fimela.com, Jakarta Ibu sebagai role model bagi anak dirasakan betul oleh Praktisi Anak Usia Dini Gianti Amanda, S. Psi, Montessori Dipl. Sejak duduk di bangku SMP, ia sudah melihat sang ibu mengabdikan diri di bidang pendidikan anak dengan mendirikan sekolah Amanda Montessori di Jakarta dan Bandung Montessori School.
Meski menjadi bisnis keluarga, Gianti sama sekali tak dipaksa menjadi penerus atau pewaris sekolah yang sudah didirikan lebih dari 20 tahun tersebut. Namun hatinya sudah terlanjur sayang dengan dunia pendidikan dan memantapkan jalan hidup sebagai pendidik, terutama anak usia dini yang juga dipraktikkannya lewat metode montessori.
Advertisement
BACA JUGA
Montessori pun punya cerita tersendiri di keluarga Gianti, di mana telah mengubah cara pandang serta cara didik sang ibu pada Gianti dan adik laki-lakinya Garri Juanda. Berawal dari keikutsertaan seminar di sekolah tentang pelatihan orangtua efektif sampai akhirnya diperkenalkan langsung dengan metode montessori saat Jakarta Montessori School menyewa rumah kakek Gianti di Kemang, Jakarta Selatan.
"Ini sudah way of life, ibuku padahal sarjana pertanian dan cara didik anak seperti orangtua jadul. Tapi setelah ikut seminar di sekolahku, jadi berubah banget, ibu jadi suka menanyakan perasaanku, sampai akhirnya ibu mempelajari metode montessori lebih dalam lagi dan memutuskan membuat sekolah," ujar Gia yang sedang menetap di Lancaster, Inggris saat dihubungi Fimela belum lama ini.
Hingga akhirnya Gianti pun mamantapkan hatinya mengambil diploma montessori dengan mengikuti training serta memiliki mentor yang sama dengan sang ibu. Ia mengikuti distance learning Inggris-Indonesia di Jakarta Montessori School dengan menyelesaikan kerja praktik 300 jam pada tahun 2015.
"Aku merasa punya tanggung jawab moral besar untuk sekolah, sebelum diploma, aku enggak dikasih involve di sekolah. Sampai akhirnya aku menyelesaikan ujian langsung di London, bersamaan dengan sang suami yang menyelesaikan S2-nya," kenang Gianti.
Advertisement
Tetap Mengajar dan Produktif Selama Pandemi
Gianti kini sedang tinggal di Lancaster, Lancashire, Inggris untuk menemani sang suami yang mengambil doktoral di sana. Saat kami berkomunikasi, daerah tempatnya tinggal juga sedang menjalani karantina atau isolasi ketat lagi setelah sebelumnya sempat longgar.
Meski berada jauh di Eropa, ia tetap memiliki jadwal rutin kelas montessori untuk mengedukasi orangtua. Ia juga selalu meng-update perkembangan sekolah lewat sang ibu serta ikut meng-handle media sosial sekolah montessorinya.
"I really try untuk tetap update, dari kelas rutin buat di Indonesia, handle Instagram sekolah dan setiap hari pasti kontak ibuku, sampai rekaman podcast. Aku sudah minta izin suamiku dan anak-anak kalau aku mau mengajar dan tetap produktif," bebernya.
Di akhir tahun 2020 ia juga bisa merealisasikan keinginannya untuk membuat buku bersama adik iparnya Dr. Mesty Ariotedjo dalam Serial Buku Sikap Baik untuk Anak Usia Dini berjudul 'Terima Kasih' dan 'Maaf', bersama penulis buku anak Reda Gaudiamo dan Ilustrator Bellansori. Ia mengaku sangat concern pada manner anak terutama tentang empati dan mengajak orangtua menanamkan dan mencontohkan hal tersebut, sesederhana bilang maaf dan terima kasih.
"Dari dulu aku pengin banget bikin buku karena setiap malam aku selalu bacain buku untuk anak-anak. Sampai akhirnya diajakin Mesty dan bisa selesai dalam waktu satu bulan," lanjutnya dengan nada gembira.
Gianti juga terlibat dalam wadah edukasi tumbung kembang dan kesehatan anak dengan sumber yang kompeten dan terpercaya Tentang Anak Official lewat banyak platform. Seperti Instagram resminya @tentanganakofficial atau channel YouTube Tentang Anak.
View this post on Instagram
Tantangan bagi Sekolah Montessori di Masa Pandemi
Sejak dituntut untuk sekolah daring, metode montessori yang menggunakan aparatus atau full alat harus menyesuaikan dengan cepat. Akhirnya para orangtua juga membuat aparatus sendiri dengan alat yang tersedia di rumah.
"Challenging banget dalam 20 tahun terakhir ini, pertama kalinya melakukan pembelajaran jarak jauh karena pandemi. Tapi benefit yang bisa dirasakan adalah orangtua adalah jadi mengenal anaknya lebih lagi, bagaimana gaya belajar, keseharian, personality, dan stresnya," lanjut Gianti.
Ya, jika biasanya observasi dilakukan oleh para guru, namun kini berada pada orangtua. Ia menceritakan pengalaman sekolah online kedua anaknya di dua sekolah negeri di Lancaster, di mana para guru fokus pada well-being anak.
"Pada Maret-Juli 2020 sekolah online dan balik tatap muka pada September-Desember 2020. Anak-anak sangat senang bisa sekolah lagi dan bisa adaptasi dengan cepat, dan sekarang harus balik online lagi, tapi balik lagi yang diperhatikan para guru utamanya adalah well-being anak," timpalnya.
Gianti memasukkan kedua anaknya ke sekolah negeri yang berbeda di Lancaster. Meski ada di daerah yang sama, namun fasilitas yang diberikan berbeda.
Seperti sekolah adik yang sudah memiliki aplikasi di mana semua tugas di-update secara online, dan sekolah sang kakak yang masih menugaskan guru-guru untuk mengantar tugas ke rumah muridnya satu per satu karena tidak memiliki akses laptop dan internet.
View this post on Instagram
Advertisement
Harapan untuk Pendidikan Sejak Anak Usia Dini
Meski berbeda metode pengarajaran dari dua sekolah anaknya, namun Gianti tak melihatnya sebagai sebuah kesenjangan. Berbeda dengan hal yang ia lihat saat melakukan penelitian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jakarta yang dirasakan tidak merata.
"Kapasitas murid dan guru kurang seimbang karena muridnya banyak banget. Tapi cintanya guru-guru untuk mengajar bisa kelihatan banget," ujarnya.
Dari hasil observasinya di PAUD, ia juga berkomitmen tak hanya mengedukasi anak usia dini, namun mengajak orangtua untuk ikut belajar. Lewat akun Instagram pribadinya @giantiamanda, ia pun rutin berbagi cara tentang pendidikan anak bagi orangtua yang tidak memiliki kesempatan untuk belajar atau membeli buku.
Ia pun berpesan agar orangtua mau terus belajar mendidik anak-anak menjadi berkarakter, penuh empati, dan saling peduli yang menjadi fondasi. Terutama dengan cara yang ia percayai lewat metode montessori dengan menerapkan 'follow the child'.
"Terutama saat pandemi, orangtua jadi tempat belajarnya anak. Empati anak dilatih untuk meregulasi emosi, seperti kemampuan menunggu, menahan keinginan, dan mengajari bagaimana ia bisa survive di dunia ini. Orangtua harus banyak diskusi dan memberi kesempatan anak untuk mandiri," tutup Gianti.
View this post on Instagram
Simak video berikut ini
#Elevate Women