Fimela.com, Jakarta Stunting merupakan malnutrisi kronis yang terjadi dalam periode emas pertumbuhan anak atau disebut 1,000 hari pertama kehidupan. Permasalahn tumbuh kembang anak ini akan membawa dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan fisik anak, imunologi, neuro-kognitif serta perkembangan sosial-ekonomi anak di masa mendatang.
BACA JUGA
Advertisement
Melansir laman kementerian kesehatan (kemenkes) dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi jangka panjang dan jangka pendek.
Dampak Jangka Pendek
a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbalpada anak tidak optimal
c. Peningkatan biaya kesehatan.
Dampak Jangka Panjang
a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa(lebih pendek dibandingkan pada umumnya)
b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakitlainnya
c. Menurunnya kesehatan reproduksi
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurangoptimal saat masa sekolah dan
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidakoptimal
Bahkan bukan hanya balita, remaja juga berisiko stunting.
Data Riskesdas 2018 menunjukkan, 8,7 persen remaja usia 13-15 tahun dan 8,1 persen remaja usia 16-18 berada dalam kondisi kurus dan sangat kurus.
Global Health survei 2015 menunjukkan, penyebabnya antara lain remaja jarang sarapan, 93 persen kurang makan serat sayur buah. Ditambah angka pernikahan remaja di Indonesia tinggi, padahal hal ini berkontribusi pada kejadian stunting.
Remaja belum aware pentingnya gizi dan stimulasi yang tepat. Pengetahuan mereka sangat terbatas tapi mereka harus menikah, hamil dan jadi ibu.
Advertisement
Upaya pencegahan dengan gizi optimal
Stunting adalah suatu kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi pada saat periode kritis dari proses tumbuh dan kembang mulai janin. Untuk itu si kecil harus memenuhi gizi seimbang, bahkan sejak di dalam kandungan.
1. Konumsi makanan yang memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk janin, selama mengandung. Hal ini dapat mengurangi bayi mengalami stunting sejak dalam kandungan.
2. Usahakan untuk menjaga kesehatan tubuh saat hamil, jangan terlalu lelah dan stres.
3. Berikan ASI ekslusif ketika bayi telah lahirMPASI ketika anak memasuki usia 6 bulan keatas.
4. Tentunya perhatikan kandungan nutrisi, jangan asal memberikan makanan kepada anak. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
5. Mengukut berat dan tinggi anak secara rutin untuk mengetahui apakah anak berkembang secara optimal dan tidak stunting. Berat dan tinggi berat badan anak harus diukur setidaknya 8 kali dalam 12 bulan.
Lakukan timbang berat, ukur panjang dan tinggi bisa di Posyandu, Puskesmas, hingga rumah sakit.
6. Jaga kebersihan
Dilansir dari laman kemkes.go.id, studi yang dilakukan Harvard Chan School menyebutkan, diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan stunting. Oleh karenanya sanitasi yang baik diperlukan agar anak tidak terserang penyakit.
#elevate women