Sukses

Parenting

Hasil Penelitian: 1 dari 4 Balita Minum Susu Kental Manis Setiap Hari, Kenali Risikonya

ringkasan

  • Penelitian yang dilakukan YAICI, PP Muslimat NU dan PP Aisyiyah tentang Persepsi Masyarakat Tentang Kental Manis pada 2020
  • Anak yang mengkonsumsi kental manis mengalami gizi buruk, 26,7 persen berada pada kategori gizi kurang

Fimela.com, Jakarta Penelitian yang dilakukan YAICI, PP Muslimat NU dan PP Aisyiyah tentang Persepsi Masyarakat Tentang Susu Kental Manis pada 2020. Penelitian dilakukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT dan Maluku. Total responden adalah 2.068 ibu yang memiliki anak usia 0–59 bulan atau 5 tahun.

Dari penelitian ditemukan 28,96 persen dari total responden mengatakan susu kental manis adalah susu pertumbuhan, dan sebanyak 16,97 persen ibu memberikan susu kental manis untuk anak setiap hari.

Dari hasil penelitian juga ditemukan sumber kesalahan persepsi ibu. Sebanyak 48 persen ibu mengakui mengetahui susu kental manis sebagai minuman untuk anak adalah dari media, baik TV, majalah/ koran dan juga sosial media dan 16,5 persen mengatakan informasi tersebut didapat dari tenaga kesehatan.

 

Baca juga:

 

Temuan menarik lainnya adalah, kategori usia yang paling banyak mengonsumsi susu kental manis adalah usia 3–4 tahun sebanyak 26,1 persen, menyusul anak usia 2–3 tahun sebanyak 23,9 persen. Sementara konsumsi susu kental manis oleh anak usia 1–2 tahun sebanyak 9,5 persen, usia 4-5 tahun sebanyak 15,8 persen dan 6,9 persen anak usia 5 tahun mengonsumsi kental manis sebagai minuman sehari-hari.

Arif Hidayat SE.,MM, Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI) mengatakan dilihat dari kecukupan gizi, 13,4 persen anak yang mengkonsumsi susu kental manis mengalami gizi buruk, 26,7 persen berada pada kategori gizi kurang dan 35,2 persen adalah anak dengan gizi lebih. Gizi buruk tersebut, membuat anak mengalami stunting.

“Dari masih tingginya persentase ibu yang belum mengetahui penggunaan susu kental manis, terlihat bahwa memang informasi dan sosialisasi tentang produk susu kental manis ini belum merata, bahkan di ibukota sekalipun,” imbuh Arif Hidayat.

Erna Yulia Soefihara, selaku Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU mengatakan bahwa ia dan kadernya di seluruh Indonesia mencoba untuk merubah persepsi bahwa kental manis itu bukanlah susu yang bisa diminum untuk balita.

“Tapi memang sangat sulit ya, saat kita melakukan sosialisasi itu karena sudah begitu lama di mereka itu bahwa susu kental manis itu sehat. Sudah menjadi kebiasaan, setelah lepas ASI mereka mengganti tidak dengan susu untuk anak, tapi memberikan kental manis,” papar Erna.

 

Baca juga:

 

Susu kental manis bukan susu murni

Dr. Tria Astika Endah Permatasari, SKM.MKM, Dosen Prod. Gizi, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta menyampaikan setelah usia 6 bulan, makanan pendamping ASI (MPASI) menjadi hal yang penting.

Selain itu, organisasi kesehatan dunia (WHO) juga menganjurkan anak dapat diberikan susu tambahan karena mengandung banyak zat gizi dan mikronutrient yang diperlukan dalam tumbuh kembang anak seperti fosfor dan kalsium. Namun, yang perlu diingat adalah tidak semua susu baik untuk dikonsumsi anak. Salah satu jenis produk susu yang sebaiknya tidak diberikan kepada anak terutama bayi dan balita adalah susu kental manis.

 

Baca juga:

 

“Kental manis sebetulnya bukan susu, dilihat dari tabel kandungan gizi, kental manis memiliki kandungan karbohidrat paling tinggi yaitu 55% per 100 gram, sehingga tidak dianjurkan untuk balita.” jelas Tria.

Anak yang sudah terbiasa mengkonsumsi kental manis akan beresiko mengalami undernutrition dan juga overnutrition.

“Undernutrition atau gizi kurang apabila orang tua merasa anak sudah cukup gizi hanya dengan konsumsi susu kental manis saja, lalu lupa atau tidak memperhatikan asupan gizi lainnya. Sementara overnutrition apabila anak mengkonsumsi kental manis, dengan porsi yang banyak dan juga konsumsi makanan lainnya seperti snack dan cemilan tidak terkontrol,” jelas Tria.

Dijelaskan Tria, merujuk pada beberapa penelitian yang dilakukan akademisi pada 2019, yang dilakukan di Potong Lintang di salah satu kecamatan di Jabar, dari 122 responden balita, anak-anak yang mengonsumsi krimer kental manis lebih dari 1 gelas per hari lebih berisiko mengalami berat badan kurang dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi kurang dari jumlah tersebut.

 

Baca juga:

 

#changemaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading