Fimela.com, Jakarta Anak usia sekolah dan remaja merupakan masa peralihan dari anak menjadi dewasa. Beberapa faktor yang menjelaskan mengapa anak usia sekolah dan remaja menjadi salah satu kelompok sasaran prioritas pengenalan dan pembiasaan praktik gizi yang baik.
Faktanya, sebanyak 23 persen populasi Indonesia adalah anak usia sekolah dan remaja dengan rentang usia 7-18 tahun. Rentang anak usia sekolah dan remaja ada dalam mereka yang wajib melakukan wajib belajar 12 tahun, sehingga menghabiskan waktu cukup lama di sekolah.
Di rentang usia ini anak mulai mengalami pubertas, membuat sikap dan keputusan termasuk dalam hal terkait gizi dan kesehatan.
Advertisement
BACA JUGA
Sayangnya 25 persen atau 1/4 remaja menderita stunting atau tubuh pendek karena kurang gizi. Sementara angka stunting nasional pada 2019 sebesar 27,67 persen, turun 3,1 persen dari 2018 yang besarnya mencapai 30,8 persen.
Direktur Gizi Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Dr.Dhian probhoyekti, SKM.MA mengatakan, gizi remaja memiliki implikasi penting dalam mencapai target pembangunan dan kesehatan Indonesia.
“Ini karena remaja menjadi kesempatan kedua bagi kita untuk memperbaiki kualitas gizi setelah balita. Khususnya remaja putri merupakan calon ibu yang dapat memperbaiki status gizi bangsa ini di masa depan. Tapi sayangnya, 1 dari 7 remaja kelebihan berat badan,” papar Dhian dalam diskusi nasional yang membahas Program Promosi Gizi Remaja Berbasis Sekolah secara daring, Kamis (3/9/2020).
Dr. Dhian mengatakan masih banyak remaja yang hanya mengonsumsi karbohidrat dan lauk pauk saja. “Padahal, isi piring itu harus lengkap dan seimbang. Ada makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah,” tambahnya Dr. Dhian lagi.
Melihat fakta tersebut, maka pengetahuan yang baik akan gizi dan kesehatan sangatlah penting bagi remaja untuk terciptanya status gizi yang baik dan akhirnya akan menunjang proses belajar dan prestasi anak di sekolah. Maka Program Promosi Gizi Remaja Berbasis Sekolah/School-Based Nutrition Promotion (SBNP) diluncurkan oleh SEAMEO RECFON (South East Asian Ministers of Education Organization Regional Centre for Food and Nutrition) atau Pusat Kajian Gizi Regional Asia Tenggara.
“SBNP meliputi ilmu parenting, kesehatan reproduksi, termasuk pola makan yang bergizi, perlu diberikan kepada remaja sejak usia pubertas. Pengetahuan tersebut bisa diajarkan di sekolah-sekolah bersama dengan informasi kesehatan reproduksi. Ini karena remaja memiliki peranan penting sebagai agen perubahan untuk mengurangi kasus stunting di Indonesia.” kata Direktur SEAMEO RECFON, Dr
Muhtaruddin Mansyur, SpOK, PhD.
Advertisement
Tantangan promosi gizi di sekolah
Beberapa tantangan dalam upaya promosi gizi di sekolah misalnya kegiatan sekolah yang umunya fokus pada transfer pengetahuan sesuai kurikulum.
Keterbatasan waktu dan kapasitas guru dalam melakukan inovasi dalam menyampaikan pesan-pesan gizi di sekolah, ketersediaan sumber daya di sekolah yang seringkali menentukan apakah suatu program akan menjadi prioritas atau tidak, perlunya petunjuk pelaksanaan program /kegiatan yang lebih rinci di tingkat sekolah agar dalam pelaksanaannya dapat menjaga standar mutu yang dikehendaki.
Terdapat beberapa faktor kunci yang berperan penting dalam menentukan pelaksanaan promosi gizi di tingkat sekolah, yaitu seperti komitmen dan dukungan pimpinan sekolah, peningkatan kapasitas guru dalam penyampaian pesan gizi yang benar dengan cara yang menarik, keterlibatan aktif dan dukungan orangtua dan siswa sendiri, dan penggunaan berbagai pendekatan dan media, serta terintegrasi sebagai bagian dari kegiatan sekolah.
Untuk memetakan kegiatan-kegiatan SBNP yang sudah ada, agar tidak terjadi tumpang tindih antar program, maka pada tahun 2018, SEAMEO RECFON dan berbagai institusi di Indonesia membentuk Kelompok Kerja (Pokja) SBNP Indonesia. Bekerja sama dengan GAIN Indonesia, Pokja SBNP tersebut telah menyusun Buku Kompilasi Kegiatan SBNP di Indonesia serta mengembangkan SBNP Platform, sebuah aplikasi berbasis web sebagai platform untuk berbagi media edukasi/ promosi gizi pada kegiatan SBNP.
“Buku kompilasi ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan advokasi bagi pihak yang terkait seperti guru, pembuat kebijakan dan juga akademisi.” ungkap dr. Muchtarudin Mansyur, Direktur SEAMEO RECFON, di dalam Pengantar Buku Kompilasi Kegiatan SBNP.
#Changemaker