Fimela.com, Jakarta Belajar daring menjadi solusi yang saat ini masih diambil oleh pemerintah bagi siswa dan siswi dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Guru dan murid melakukan pertemuan daring dengan berbagai aplikasi, seperti Google Classroom.
Kehadiran Google Classroom memang dinilai menjadi solusi praktis di tengah pandemi. Namun, tidak semua guru dapat menggunakan Google Classroom dengan mudah.
Advertisement
BACA JUGA
Salah satunya yang dialami oleh Ibu Siska, guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Erenos, Tangerang Selatan. Dalam sebuah kesempatan, Ibu Siska bercerita bagaimana Google Classroom menjadi sarana pengajaran baru yang praktis namun juga memiliki tantangan tersendiri.
"Kendala yang kerap dialami sebenarnya adalah jaringan. Kadang naik kadang turun akibatnya pembelajaran terganggu," cerita Ibu Siska.
Advertisement
Tantangan Menggunakan Google Classroom
Ia merasakan bahwa di pagi hari jaringan masih cukup bagus untuk mengajar. Namun memasuki pukul 10.00 WIB, jaringan sudah mulai melemah yang membuat proses pembelajaran menjadi tidak efektif.
Sebagai tenaga pengajar yang tidak lagi muda, Ibu Siska merasa agak kesulitan untuk menggunakan Google Classroom sebagai sarana belajar daring. Ia harus mempelajari kembali penggunaan Google Classroom sebagai kelas daring dengan lebih efektif dan efisien.
Meski demikian, Google Classroom membuat guru lebih mudah dalam memberikan materi pembelajaran dan mengadakan ujian. Dengan Google Classroom, guru bisa secara langsung memberikan materi, tugas, dan ulangan di setiap kelas.
Google Classroom sendiri dirancang seperti kelas pada umumnya. Guru bisa masuk ke dalam kelas-kelas dengan memberikan arahan pembelajaran dalam timeline. Murid bisa mengakses setiap materi dan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sehingga murid terpacu untuk mengerjakan tugas dan dikumpulkan pada waktu yang telah ditentukan.
Google Classroom
Fitur lainnya adalah Google Form yang bisa dimanfaatkan guru untuk merancang soal ujian. Baik dalam bentuk soal pilihan ganda maupun esai. Guru hanya perlu memasukkan soal dan kolom jawabannya, kemudian ditentukan poin untuk masing-masing nomor.
Pada soal pilihan ganda, guru sebenarnya tidak perlu mengoreksi jawaban satu persatu layaknya sebelum pandemi. Dengan mengatur poin yang telah ditentukan di setiap nomornya, guru akan langsung menerima hasil nilai pada soal pilihan ganda.
Sementara pada soal esai, guru masih harus memeriksa jawaban murid-murid. Kemudian guru hanya perlu menilai setiap soal untuk diakumulasi sebagai nilai akhir.
Advertisement
Simak video berikut ini
#changemaker