Fimela.com, Jakarta Setelah kurang lebih dua bulan masyarakat menjalani work from home untuk mencegah penyebaran virus corona. Kini, pemerintah Indonesia akan menjalankan new normal.
Di mana masyarakat akan kembali beraktivitas seperti biasa, seperti mall kembali dibuka, pergi ke kantor, hingga sekolah di tengah pandemi virus corona. Tentu new normal tetap mengikuti protokol kesehatan. Psikolog Penny Handayani, M.Psi, yang juga Dosen Fakultas Psikolog UNIKA Atma Jaya, Jakarta mengatakan ketika new normal mulai menjadi wacana dan akan terjadi pada area pendidikan, semua menyambutnya dengan reaksi yang beragam.
Advertisement
BACA JUGA
Bagi anak-anak, terutama usia dini, mereka tentu sangat senang. Bertemu dengan teman-teman kembali. Belajar bersama bu guru tersayang. Bermain di playground favorit di sekolah. Guru merasa lega karena dapat bersekolah seperti sediakala dan menuntaskan beban kurikulum yang terhutang selama pandemi. Namun pada sisi lain, hal yang berbeda bagi para orangtua yang melepaskan buah hatinya ke luar rumah karena merasa cemas dan khawatir dengan keselamatan anak mereka di sekolah terhadap ancaman COVID-19.
Lalu apa yang harus dilakukan semua pihak guna membuat situasi new normal pendidikan ini menjadi lebih nyaman dan lancar bagi semua pihak? Penny mengatakan salah satu hal yang harus dilakukan adalah menerima fakta bahwa perubahan adalah sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Perubahan besar dan mendadak pada kehidupan akan membuat stress. "Ketika kita sudah dapat menerima dengan hati lapang, maka stress akan berkurang dan proses lanjutan dapat berjalan, yang adalah adaptasi," ujar Pennya saat dihubungi Fimela.com
Advertisement
Mempersiapkan anak untuk sekolah di situasi new normal
Penny menambahkan hal yang utama perlu dilakukan adalah mempersiapkan anak untuk menghadapi hal yang baru, yang belum pernah ia lakukan sebelumnya pada ritul sekolah lama. "Suatu yang baru bisa menjadi hal yang menyenangkan, bisa juga menjadi hal yang menyeramkan, semua tergantung bagaimana cara kita menerima dan menghadapinya," tambah penny
Berikut adalah hal yang dapat dilakukan adalah:
1. Afektif (sisi emosi): Siapkan mental anak
Menanyakan kondisi emosi anak tentang kembali ke sekolah. Agar orang tua bisa menguatkan hal yang membuat anak cemas sehingga anak menjadi seimbang kondisi emosionalnya. Gali juga hal yang menyenangkan dari kembali ke sekolah dan kuatkan kembali, keluarkan emosi positifnya, lalu poles kembali menjadi lebih kuat.
2. Cognitif (sisi pikiran):
a. Pelajari kembali peraturan sekolah yang ada, lalu komunikasikan dan jelaskan dengan anak sebagai persiapan beradaptasi kembali bersekolah.
b. Briefing hal yang harus di lakukan dan tidak boleh dilakukan. Gunakan bahasa yang sesuai dengan usia dan pemahaman anak, terutama karena orangtua menjelaskan tentang COVID-19 yang abstrak dan tidak terlihat kasat mata. Hal ini mungkin akan sulit dimengerti bagi anak dengan usia yang lebih rendah.
c. Cari contoh video dari sekolah di luar negri yang sudah bersekolah kembali terlebih dahulu daripada sekolah di Indonesia. Video tersebut dapat digunakan sebagai media diskusi dan belajar agar sebagai persiapan bersekolah nanti, agar anak terbayang secara visual dan auditori, dan tidak kaget dengan situasi belajar yang berbeda.
3. Behavional (sisi perilaku):
a.Latihan protokol kesehatan COVID-19. Lakukan simulasi di rumah, biasakan untuk menjaga jarak, sering cuci tangan, dan buang sampah hasil bersin. Buat anak dapat tetap disiplin melakukan kegiatan bersih diri secara mandiri, tanpa merasa terpaksa.
#Changemaker