Fimela.com, Jakarta Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga berdampak langsung pada tumbuh kembang anak secara maksimal. Untuk itu, generasi muda dituntut untuk dapat terlibat langsung, bahkan menjadi tokoh utama dalam penyelenggaraan program KB ini.
Hal ini dibahas dalam sebuah dialog yang dilangsungkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI0, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berkerjasama dengan DKT Indonesia. Dialog ini bertajuk Harmonisasi Program Keluarga Berencana untuk Kesejahteraan Indonesia bertempat di Denpasar, Bali.
Pertemuan ini menjadi momentum untuk membangun pemahaman bersama bahwa sudah saatnya generasi muda mendapatkan pengetahuan akan kesehatan reproduksi secara menyeluruh, untuk mencegah kehamilan usia dini pada pasangan muda yang menikah di bawah umur 24 tahun.
Advertisement
BACA JUGA
Prof. Dr. dr. I Nyoman Mangku Karmaya, M. Repro, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, memaparkan bahwa untuk mencapai visi membangun SDM yang berkualitas, yang selama ini telah digaungkan oleh Presiden Jokowi, program Keluarga Berencana (KB) perlu untuk digalakkan dengan menyelaraskan atau harmonisasi segala tantangan-tantangan baik dari aspek hukum, sosial, dan budaya.
Guru Besar Universitas Udayana ini memaparkan bahwa beban produksi dari generasi muda yang banyak dalam masa produktif bisa menjadi bom waktu apabila dilihat sebagai objek produksi dan reproduksi. Untuk itu, generasi muda harus dibekali keterampilan, dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang berkualitas.
Pengurus PKBI Bali, Ida Putu Mudita, kemudian menambahkan bahwa untuk kedepannya generasi muda perlu menjadi tokoh utama program Keluarga Berencana, terutama pemahaman informasi tentang hak dan kesehatan seksual dan reproduksi. Hal ini akan menghindarkan generasi muda dari risiko tindakan aborsi yang tidak aman dan infeksi menular seksual.
Advertisement
Kurangnya pendidikan seksualitas pada generasi muda
dr. Made Oka Negara, FIAS, turut menambahkan bahwa berdasarkan hasil penelitian Global Early Adolescent Study (GEAS) 2018 di Kota Denpasar, memperlihatkan bahwa hanya 5 dari 10 remaja yang nyaman berbicara dengan orangtua atau pengasuh mereka dan terdapat 43,6 persen remaja yang akhirnya berpacaran sembunyi-sembunyi dari orangtua
“Pendidikan seksualitas sebaiknya diberikan pada anak usia dini saat anak berada pada tahap perkembangan seksual, orangtua dan institusi pendidikan memiliki peranan penting untuk memberikan pendidikan. Pendidikan seksualitas ini penting karena KB bukan hanya sekadar penjelasan alat kontrasepsi, namun berupaya untuk mendapatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas yaitu remaja yang sehat,” kata Made.
Sudah saatnya generasi muda paham dengan program KB
Pada kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Bali, Luh Putu Sekarini menggagas program Keluarga Berencana sudah saatnya diubah nama menjadi program ‘Keluarga Berkualitas‘. Hal ini untuk merubah pemahaman bahwa Keluarga Berencana bukan hanya soal pembatasan jumlah anak.
“Salah satu kendala utama edukasi kesehatan reproduksi pada generasi muda adalah stigma bahwa hal ini masih dianggap tabu. Padahal, edukasi dan literasi tersebut harus terus dilakukan untuk mengurangi kejadian kehamilan yang tidak direncanakan serta infeksi menular seksual di kalangan generasi muda,” ungkap Aditya A. Putra Head of Strategic Planning DKT Indonesia.
#GrowFearless with Fimela