Sukses

Parenting

3 Penanganan Kehamilan Risiko Tinggi, Agar Anak Terlahir Sehat

ringkasan

  • Menurut Riskesdas 2018, 48,9% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia atau kekurangan darah
  • Masih banyak ibu di Indonesia yang berpotensi mengalami kehamilan berisiko tinggi

Fimela.com, Jakarta Menurut Riskesdas 2018, 48,9% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia atau kekurangan darah, dan sebanyak 1 dari 5 ibu hamil tercatat mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).

Tak hanya itu, sekitar 1 dari 2 ibu hamil mengalami kekurangan asupan protein (SKMI 2014), sementara lebih dari 50% ibu hamil mengalami kekurangan asupan zat besi, zinc, kalsium, serta Vitamin A & C. (SEAFAST 2016). Padahal, kualitas kesehatan dan gizi ibu sebelum dan selama kehamilan akan mempengaruhi kesehatan janin yang akan dilahirkan dan menentukan tumbuh kembang si Kecil di masa depan.

Namun, masih banyak ibu di Indonesia yang berpotensi mengalami kehamilan berisiko tinggi. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi kehamilan resiko tinggi bisa menimbulkan dampak negatif bagi ibu dan si Kecil.

Ibu dengan penyakit penyerta (asthma, diabetes, kelainan jantung, dan sebagainya), hamil dengan penyakit penyulit (pre-eklamsia, eklamsia, infeksi, dan sebagainya), riwayat operasi terdahulu, dan hamil di usia rentan berpotensi memiliki kehamilan dengan risiko tinggi.

Di Indonesia, tantangan ini menjadi lebih besar dengan berbagai fakta kesehatan termasuk kekurangan zat gizi makro dan mikro yang masih dihadapi oleh ibu hamil. Dr. dr. Ali Sungkar SpOG(K), Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan mengatakan bahwa kehamilan berisiko tinggi dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak apabila tidak ditangani dengan baik.

“1000 Hari Pertama Kehidupan, termasuk 270 hari di dalam kandungan, merupakan masa penting yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan tumbuh kembang si Kecil di masa depan. Kehamilan risiko tinggi yang tidak ditangani dengan baik berpotensimemiliki pengaruh terhadap anak di dalam kandungan; seperti perkembangan janin tidak sempurna, berat janin kurang, kelahiran prematur, maupun bayi berat badan lahir rendah.”, ujar dr. Ali dalam acara Danone Indonesia mengedukasi masyarakat melalui kegiatan ‘Bicara Gizi – Menghadapi Kehamilan Risiko Tinggi’ di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Penanganan kehamilan risiko tinggi

Berbagai faktor risiko kehamilan risiko tinggi masih banyak ditemui di Indonesia. Untuk itu, ibu hamil harus mewaspadai, menghindari, dan menangani kehamilan risiko tinggi.

1. Mengunjungi fasilitas kesehatan

Meminimalisir risiko yang tidak diharapkan, ibu hamil dianjurkan segera mengunjungi fasilitaskesehatan di awal kehamilan, rutin mengontrol kondisi kandungan dan mendapatkan saran dari tenaga medis profesional mengenai nutrisi yang dibutuhkan, termasuk mengkonsumsi nutrisi tambahan apabila diperlukan sesuai anjuran.

2. Memenuhi kebutuhan nutrisi

Dalam paparannya, Dr. Ali menjelaskan bahwa salah satu cara penting penanganan kehamilan risiko tinggi adalah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi makro dan mikro yang bervariasi di tiap tahapan mulai dari prakehamilan, trimester 1, 2, dan 3, serta masa menyusui.

“Ibu perlu memastikan asupan makanan mereka mengandung zat-zat gizi penting seperti protein, karbohidrat, lemak, kalsium, zat besi, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, asam folat, dan iodine.”

3. Memilih makanan yang bijak

Dengan menjaga asupan nutrisi yang baik, kondisi kehamilan risiko tinggi seperti pre-eklampsia dapat dicegah. Ibu hamil dengan resiko pre-eklampsia perlu memilih makanan dengan bijak seperti menghindari garam yang dapat meningkatkan tekanan darah, banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan seperti buah dan sayuran yang tinggi vitamin dan mengkonsumsi cukup protein yang bermanfaat sebagai zat pembangun untuk pertumbuhan dan perkembangan organ dan sel-sel tubuh si Kecilo.

“Selain membantu mencegah resiko komplikasi pada proses kelahiran, asupan nutrisi yang baik pada masa kehamilan akan bermanfaat bagi Si Kecil secara jangka panjang dimana akan menurunkan resiko sejumlah penyakit kronis di masa dewasa kelak seperti hipertensi, diabetes, jantung dan berbagai penyakit lainnya,” jelas Dr. Ali.

#Growfearless with Fimela

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading