Fimela.com, Jakarta Mengurus anak hampir 24 jam, ditambah mengurus suami, belum lagi jika harus bekerja? Aduuuh, pasti lelah bukan main. Inilah mengapa penting bagi seorang perempuanmenyisihkan me time atau waktu untuk memanjakan diri.
Biasanya me time dilakukan dengan pergi berlibur, ke salon, atau menyalurkan hobi untuk meredakan stres dan kelelahan sejenak. Namun, apakah faktanya begitu? Teman Bumil, aplikasi untuk ibu Indonesia, melakukan studi kualitatif dan kuantitatif pada lebih dari 600 responden pria dan wanita menikah berusia 20-40 tahun.
Hasilnya cukup mengejutkan, di samping fakta bahwa setiap ibu sepakat memerlukan me time, tetapi bukan kegiatan rekreasi yang dipilih melainkan mencuri waktu di sela bekerja.
Advertisement
Ternyata hasil dari survei tersebut sebagian besar menjawab “bekerja”, “berwirausaha”, “melanjutkan karier, atau “ingin memiliki usaha”, sebagai respons atas pertanyaan survei “Jika bisa melakukan apa saja selain mengurus urusan suami dan anak, apa rencana Mums?”.
Responden yang menjawab, rata-rata telah memiliki buah hati berusia 0-5 tahun dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Kepuasan memiliki me time dalam wujud bekerja, juga diungkapkan oleh peserta focus group discussion (FGD) yang terdiri atas 5 pasang suami-istri berusia 20-40 tahun.
Dimoderatori oleh psikolog Intan Indira Riauskina, S.Psi., M.Sc., Ph.D.Para peserta FGD ini pun mengamini bahwa kesempatan bekerja yang sampai saat ini bisa mereka jalani, adalah sebuah momen me time yang efektif. Belum ada rencana mereka untuk pergi berlibur bersama teman, tanpa anak-anak. Inka, karyawati di industri advertising, yang telah menikah selama 8 tahun dan memiliki putra berusia 3 tahun menuturkan pengalamannya.
“Bekerja menjadi bentuk me time untuk saya, karena saya punya ruang buat diri sendiri. Selain itu, adanya ruang atau jarak dengan anak sejenak, justru bisa lebih tenang memikirkan kebutuhan-kebutuhan anak,” paparnya.
Di saat bekerja itulah mereka, para ibu muda, memanfaatkan waktu untuk bersosialisasi dengan teman-temannya. Seperti yang dilakukan Rika, content writer yang telah menikah selama 3 tahun dan dikaruniai seorang putri berusia 22 bulan. Dengan penghasilannya sendiri, ia bisa me time dan memanjakan diri sejenak, meski harus mencuri waktu di sela-sela pekerjaan.
Advertisement
Bekerja Dianggap Sebagai Me Time
Jika diartikan secara harfiah, me time adalah waktu yang dihabiskan sejenak untuk melakukan kegiatan yang digemari. Me time sering dikaitkan sebagai bentuk apresiasi atau relaksasi, di tengah tuntutan tugas atau peran seseorang di dalam kehidupannya.
Walaupun tidak eksklusif dialamatkan untuk perempuan, istilah ini sering dikaitkan pada perempuan dengan beragam perannya menjadi seorang menjadi istri dan ibu.
Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani S.Psi., M.Si., mengistilahkan me time seperti grounding, atau “membumikan diri. “Pikiran ibarat sungai yang besar dengan volume air yang banyak dan terus mengalir tanpa henti. Ketika air sungai bermuara di sebuah danau atau kolam, semua kotoran yang tadinya ikut berputar mengikuti arus air, akan mengendap dan air akan menjadi jernih,” jelasnya dilansir dari Teman Bumil.
Me time itulah yang berfungsi untuk “mengendapkan” rasa lelah, suntuk, bosan, atau bahkan frustasi. Dengan meluangkan waktu untuk diri sendiri dan melakukan kegiatan yang disenangi, membuat seseorang dapat menyegarkan kembali pikirannya.
Simak video berikut
#growfearless with FIMELA