Sukses

Parenting

Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak Generasi Alfa, Mau Tau?

Fimela.com, Jakarta Berkembangnya zaman, berkembang pula pola pengasuhan orangtua yang diberikan kepada anak-anaknya. Seperti halnya, orangtua mencari informasi mengenai parenting di internet.

Platform E-Health Guesehat melakukan survei tentang pola asuh orang tua yang memiliki anak usia 0-9 tahun dari seluruh Indonesia.

Ada 411 ibu yang berpartisipasi. Dapat ditebak bahwa sebagian besar (65,7%) ibu mengaku mendapatkan informasi seputar pola asuh dan tumbuh kembang anak melalui media dan internet. Selebihnya (22,1%) dari keluarga, serta 5,1% dari dokter anak.

Hasil survei juga menunjukkan, para orang tua dengan anak generasi alfa mengaku masalah seputar tumbuh kembang dan pola asuh anak menduduki posisi kedua sebagai tantangan terberat mereka. Menurut psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi., di satu sisi mereka sudah sangat berlimpah informasi, namun menjadi lebih cemas dengan masalah tumbuh kembang anak.

Dilihat dari pola pengasuhan anak, orang tua milenial sudah meninggalkan gaya pengasuhan otoriter. “Mereka cenderung memberikan lebih banyak keleluasaan atau kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan diri serta mencoba sesuatu yang baru,” paparnya.

Pola Pengasuhan Anak Generasi Alfa

Orang tua anak generasi alfa kebanyakan berasal dari generasi Y atau generasi milenial. Mereka pun sudah sangat familiar dengan teknologi. Otomatis mereka lebih mudah mencari informasi seputar pola asuh maupun tumbuh kembang anak.

Gaya pengasuhan mereka, ujar Vera, cenderung bergaya drone parenting. Mereka lebih banyak mengawasi dari jauh, sehingga anak bebas menjadi diri sendiri. Anak juga lebih banyak diberikan aktivitas tak terstruktur.

Tantangan Gadget Anak-anak Generasi Alfa, penggunaan gadget yang masif oleh generasi milenial dilanjutkan generasi alfa, akhirnya membawa pengaruh pada pola pengasuhan dan karakteristik anak. Mereka memang lebih kreatif dan mandiri, tetapi cendrung tidak sabaran dan tidak mengenal proses.

“Ada istilah yang namanya instant gratification. Jadi, anak-anak ingin segera dipuaskan. Kepingin apa, harus dapat sekarang. Alhasil, mereka jadi gampang bosan, ngambek, dan cranky,” ujar psikolog Ajeng Raviando.

Ini pun ditunjukkan dalam survei GueSehat. Sekitar 30,3% partisipan mengaku kalau karakter yang paling dominan dirasakan dari anak-anak mereka adalah tidak sabaran. Sedangkan 5,2% ibu mengakui anak mereka cenderung individualis.

 

#Growfearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading