Fimela.com, Jakarta Mengajarkan anak soal nilai penting dan fungsi uang perlu dilakukan sejak dini. Edukasi dan arahannya perlu dilakukan dari lingkungan keluarga. Mempersiapkan mental anak menghadapi lingkungan atau teman-temannya yang mungkin lebih “wah” perlu kita mulai dari hal-hal sederhana.
Anak kita mungkin pernah merasa iri melihat teman-temannya selalu diantar jemput pakai mobil pribadi yang mewah. Atau mungkin malah pernah dikucilkan karena tak punya mainan semahal teman-teman lainnya. Ada beberapa hal yang bisa kita upayakan untuk mengedukasi anak soal nilai uang supaya tidak gengsian dan bisa lebih bijak dalam menggunakan uang. Berikut beberapa tipsnya.
1. Latihan Menunggu dan Bersabar
Advertisement
Beth Kobliner penulis buku Get a Financial Life seperti yang dilansir dari Forbes.com mengungkapkan bahwa anak-anak usia 3 tahun baru memahami konsep uang sebatas menabung dan membelanjakan. Pada usia 3-5 tahun anak bisa mulai dilatih untuk menunggu atau bersabar ketika menginginkan sesuatu. Latihan ini sebenarnya memang sulit untuk semua usia, tapi dengan mulai membiasakannya sejak dini, pengendalian diri anak bisa ditempa jadi lebih kuat. Misal, ketika anak menginginkan mainan yang mahal, ajak dia untuk menabung dulu selama beberapa waktu. Baru ketika uang tabungan cukup, mainan tersebut bisa dibeli.
Advertisement
2. Siapkan Tiga Celengan
Saat anak mendapat uang, misalnya karena diberi kerabat atau hasil jerih payahnya belajar menjual jajanan, bantu ia untuk membaginya jadi tiga bagian. Di sini kita bisa menyiapkan tiga celengan dengan label Buat Tabungan, Buat Jajan, Buat Sedekah. Uang yang dikumpulkan dalam celengan berlabel Tabungan bisa digunakan untuk membeli sesuatu yang sedang diincar atau diinginkan anak, seperti mainan baru atau buku baru. Uang yang dimasukkan dalam label Jajan bisa digunakan untuk beli camilan atau makanan kesukaannya sewaktu-waktu. Sementara uang pada label Sedekah nantinya bisa digunakan untuk donasi atau diberikan pada orang yang membutuhkan bantuan.
3. Jujur dan Terbuka saat Membahas Kondisi Keuangan Keluarga
Allison Pearson dalam savvyladies.org menyebutkan pentingnya bersikap jujur soal kondisi keuangan keluarga pada anak. Meski topik ini mungkin sulit untuk diobrolkan pada anak, tapi dari sini kita bisa memudahkan anak mengatur ekspektasi mereka terkait keinginannya memiliki barang-barang tertentu. Contoh, saat ini belum bisa beli mobil dan baru punya sepeda motor untuk mengantar jemput anak karena kondisi keuangan yang belum memungkinkan membeli mobil. Dari situasi ini kita masih bisa bersyukur memiliki sepeda motor karena fungsinya sudah sesuai dengan kebutuhan.
4. Ajarkan Soal Opportunity Cost
Opportunity cost bisa dijabarkan sebagai kesempatan atau peluang yang hilang jika kita memilih suatu hal atau kegiatan yang berhubungan dengan ekonomi. Dalam keseharian kita bisa mencontohkan saat anak misalnya ingin beli tas baru padahal tas yang lama masih bagus, kita memberinya pilihan, “Kalau beli tas baru sekarang, selama satu bulan nanti uang jajan perlu dikurangi, ya.” Dari sini kita bisa sekaligus mencegah anak terjerumus dalam kebiasaan belanja impulsif. Kita bisa memberi penekanan pada belanja sesuai kebutuhan. Belanja barang-barang yang fungsinya memang sesuai dengan kebutuhan yang ada.
5. Tunjukkan Kenyataan bahwa Uang “Tak Jatuh dari Langit”
Saat anak sedang libur sekolah misalnya, kita bisa mengajaknya membuat kue lalu menjualnya ke tetangga sekitar. Atau bisa juga kita tunjukkan pekerjaan kita sehari-hari yang menjadi sumber penghasilan dan datangnya uang. Pendek kata, kita perlu memperlihatkan pada anak bahwa uang yang diterima “tidak jatuh begitu saja dari langit”. Ada kerja keras dan usaha yang harus dilakukan untuk bisa mendapatkan uang, sehingga untuk membelanjakannya pun harus dengan bijak.
Mengedukasi anak soal nilai uang bisa dimulai dari cara-cara sederhana dan menyenangkan. Semoga tips-tips di atas bisa membantu kita biar tidak bingung lagi soal cara bijjak menggunakan uang dan tidak mudah termakan gengsi.