Fimela.com, Jakarta Ketika tubuh sudah capek dan pikiran sedang stres, kesalahan kecil yang dilakukan anak bisa membuat kita rasanya langsung murka. Membentak anak jadi hal yang tak terelakkan. Tapi semakin sering anak dimarahi dan dibentak, ada kemungkinan besar anak akan makin berontak.
Menasihati anak sambil membentak-bentaknya pun bukanlah hal yang baik. Seperti yang dilansir dari bestofparenting.com, saat kita menaikkan suara dan membentak anak, mekanisme fight or flight (bertarung atau berlari) pada anak akan aktif karena merasakan stres. Di sini, kemampuan berpikir logis anak akan tidak aktif yang membuatnya "tak bisa mendengarkan" kata-kata kita. Inilah yang membuat anak justru tak bisa mendengar kita saat kita menaikkan suara dan membentaknya.
Membentak anak juga hanya akan membuang energi kita. Pesan kita tak didengar olehnya. Kata-kata kita tak dipahami dengan baik olehnya. Kalaupun dia menuruti kata-kata kita, itu pun dilakukannya hanya karena merasa takut dan bukan karena memang ingin menurut. Selain itu, pesan yang kita sampaikan juga tak akan diingat dalam jangka waktu lama. Misalnya, ktia menyuruh anak untuk selalu membersihkan mainan setiap kali selesai bermain tapi kita menyuruhnya dengan nada membentak. Maka, akan sulit baginya untuk bisa menuruti perintah itu setiap kali bermain. Meski saat ini dia akan membereskan mainannya, tapi nanti saat dia bermain lagi maka dia pun tak akan membereskannya lagi.
Advertisement
Anak yang sering dibentak juga punya kecenderungan akan berontak. Dia bisa balik membentak saat kita membentaknya. Hal ini juga terkait dengan mekanisme fight or flight (bertarung atau berlari) yang aktif ketika dirinya dibentak. Mekanisme "bertarungnya" akan aktif sehingga membuatnya berani untuk melawan dan balik membentak kita.
Meski mungkin akan terasa sulit untuk mengendalikan emosi dan tidak terlalu sering membentak anak, tapi kita bisa belajar pelan-pelan untuk mengendalikan emosi. Tak semua hal bisa dibereskan atau diselesaikan dengan menaikkan suara dan membentak-bentak.