Setiap orang tua memiliki langkah dan trik khusus untuk mendukung dan membimbing perkembangan sikap dan mental dari anak mereka. Salah satu langkah yang banyak diterapkan adalah punishment and reward sebagai bentuk dari bimbingan kedisiplinan.
Dilangsir dari earlychildhoodnews.com, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Park (1977), pola kedisiplinan dan hukuman dikatakan sebagai salah satu bagian dalam tugas perkembangan mental anak. Ketika anak bersikap salah, guru atau orang tua mereka seringkali menggunakan beberapa cara untuk mendisiplinkan dan membuat mereka tidak membangkang. Langkah tersebut biasanya dilakukan dengan membentak, meneriaki, hingga bahkan mempermalukan mereka yang tujuan sebenarnya adalah untuk menimbulkan efek jera kepada anak anak. Sayangnya, hal tersebut tidak selalu berujung seperti apa yang diharapkan lho, Bunda. Ingat, apa yang ada pada anak adalah cerminan dari apa yang biasa orang tua lakukan. Bunda ingin anak selalu menuruti nasihat orang tua dan tidak membangkang namun Bunda selalu memperlakukannya terlalu keras dan buruk bila anak melakukan kesalahan. Efeknya, tidak mengherankan jika anak justru menentang lebih keras dan tidak mau mendengarkan orang tua lagi.
Selain itu, karakter disiplin seringkali dikaitkan dengan pola bimbingan yang keras dan tegas. Hal ini memang benar nih, Bunda. Tapi apakah harus selalu juga dikaitkan dengan hukuman ya?
Advertisement
Sebenarnya, inti dari kedisiplinan adalah untuk melakukan pendekatan positif dan menanamkan ajaran-ajaran positif kepada anak dengan cara yang konsisten. Akan selalu ada efek sebab-akibat dalam pola bimbingan kedisiplinan yang diterapkan tersebut. Memberikan penjelasan dan melakukan pendekatan personal kepada anak dirasa lebih baik demi membangun kesadaran dan pola berpikir anak. Berbeda dengan anak yang selalu didikte atau ditakut-takuti dengan berbagai jenis hukuman yang mungkin diberikan jika anak tidak melakukan seperti apa yang seharusnya, anak yang berkembang dengan pola pengertian dan dibentuk dengan kesadaran akan memiliki kontrol diri yang lebih tinggi karena mereka betul-betul sadar dan tahu sesungguhnya tentang apa dan mengapa mereka harus melakukan sesuatu hal.
Contohnya, ketika anak tidak membersihkan kamar ketika bangun tidur, orang tua tidak perlu menghukum anak dengan hukuman lain seperti harus dikunci di kamar, tidak boleh bermain dan sebagainya. Sebaliknya, ingatkanlah anak mengapa mereka harus membersihkan kamar dan berikan penjelasan atas hal tersebut. Terapkan kewajiban kepada anak untuk membersihkan kamar setiap kali mereka akan pergi ke sekolah atau bangun tidur. Bunda, Ayah, dan anggota keluarga lain tidak akan membersihkan kamar tersebut kecuali si anak sendiri. Nah, selain menerapkan kedisiplinan, pola didikan seperti ini juga dapat mengajarkan anak mengenai rasa tanggung kan Bunda?
Oleh : -tyz-
(vem/ver)