Sukses

Parenting

Seks Pranikah dalam Pandangan Yahudi

Kegiatan bercinta atau hubungan seks memang bermanfaat untuk menjaga hubungan dengan pasangan. Selain itu, secara medis kegiatan seks juga bisa menjaga kesehatan tubuh baik untuk pria maupun wanita.

Akan tetapi di beberapa agama menjelaskan tidak semua pasangan bisa melakukan kegiatan ini. Hanya pasangan yang telah menikah yang diperbolehkan melakukan hubungan suci ini.

Terkait hal tersebut, bagaimana pandangan umat Yahudi mengenai hal ini? Berikut ulasan yang didapatkan dari laman myjewishlearning.com.

Dalam Taurat tidak disebut secara khusus hukum berhubungan seksual sebelum menikah. Demikian juga status anak hasil hubungan tersebut juga tidak dijelaskan secara literal. Meskipun demikian hubungan seks dalam ikatan perkawinan dianggap paling ideal dan secara tradisional seks pranikah tidak disetujui.

Menurut ajaran Yahudi, pernikahan adalah sesuatu yang kudus atau suci. Jadi ketika seks diperuntukkan bagi pernikahan hal itu dianggap suci. Oleh karena itu banyak dari otoritas Yahudi tidak menyetujui seks pranikah karena hal itu dianggap tidak suci.

Taurat memang tidak secara langsung melarang hubungan seks pranikah. Memang terkadang otoritas rabid dan sumber-sumber tradisional agama ini sedikit melunak belakangan ini.

Namun, bagi Yahudi ortodoks khususnya, dan sebagian besar umat Yahudi lain umumnya, seks pranikah bukannya hal yang rumit. Demikian analoginya.

Taurat melarang hubungan seks antara pria dan wanita yang sedang haid. Larangan ini berlangsung sampai si wanita selesai haid dan melakukan mikveh atau ritual mandi. Dan seorang wanita yang tidak menikah dianggap tidak pantas untuk melakukan mikveh. Jadi hubungan seks antara pria dan wanita yang belum menikah dapat melanggar keputusan Taurat.

 

Oleh: Austin Miracle Widya Sari

(vem/riz)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading