Ladies, apa yang akan Anda bayangkan bila mendengar kata “vibrator”? Sebuah alat bantu pencapai kepuasan wanita mungkin akan terlintas pertama kali di pikiran Anda. Namun, tahukah Anda, bahwa vibrator ini asalnya adalah sebuah penemuan yang bertujuan sebagai terapi?
Dilansir dari psychologytoday.com, sebenarnya konsep kepuasan wanita berada sangat jauh dari paa dokter yang menemukannya pada era Victorian dahulu. Ironis sekali bukan? Hingga abad ke 20, kebanyakan laki-laki Eropa dan Amerika tidak percaya bahwa wanita bisa mengalami kepuasan seksual seperti yang mereka alami. Senada, wanita pada saat itu juga dididik bahwa seorang “Lady” tidak pantas memiliki dorongan seksual.
Kemudian, karena himpitan nilai sosial ini, banyak wanita mengeluhkan gangguan tidur, gelisah, gugup, lekas marah, merasa berat di bagian bawah tubuh, dan basah di antara dua kaki. Hal ini membuat banyak wanita pada zaman itu merasa frustasi secara seksual, dan hal itu dikenal sebagai ‘Histeria’, yang berasal dari kata Yunani ‘uterus’.
Advertisement
Untuk mengatasinya, dokter atau bidan menyediakan layanan terapi berupa pemijatan di bagian genital dan klitoris dengan minyak sayur untuk meredakan Histeria tersebut. Namun, karena banyaknya pasien yang menjadi langganan rutin, para dokter mulai pusing karena jemari mereka sakit dan lelah untuk menangani terapi ini terus-terusan. Kemudian, ketika listrik ditemukan dan mulai digunakan secara umum pada akhir abad ke sembilan belas, Dr. Joseph Mortimer Granville menciptakan vibrator elektronik sebagai terapi seksual yang diakui pada masa itu.
Oleh: Adienda Dewi S.
(vem/riz)