Mengatasi ‘serangan’ virus Hepatitis B pada wanita yang tengah hamil memiliki tantangan tersendiri. Hingga kini, manajemen penanganan CHB (Chronic Hepatitis B – Hepatitis B Kronis) masih menemui beragam kesulitan yang melibatkan beragam aspek. Disamping standar immunoprophylaxis, masih banyak bayi yang lahir dalam kondisi tertular virus Hepatitis B dari sang ibu. Lalu, apa yang harus dilakukan untuk penyembuhan Hepatitis B dalam kasus ibu hamil?
Sejauh ini, beberapa terapi antivirus pada trimester ketiga dapat mencegah kegagalan immunoprophylaxis. Untuk meminimalisasi ekspose janin dengan agen antivirus, maka terapi antivirus harus dilaksanakan untuk ibu yang memiliki Hepatitis B sebelum hamil, atau memiliki resiko kerusakan organ hati cukup tinggi.
Hingga saat ini, obat-obat yang tergolong aman meliputi lamivudine, telbivudine, dan tenofovir. Ketiganya dapat digunakan selama kehamilan. Meskipun demikian, penggunaannya pun tak boleh sembarangan. Obat harus sesuai dosis dan diberikan dalam aturan waktu yang tepat. Pengaturan waktu ini perlu disusun oleh tim dokter agar sesuai dengan analisa resiko dan manfaat bagi calon ibu dan janin.
Advertisement
Pada dasarnya, segala penyakit yang diderita ibu hamil memang memiliki resiko lebih tinggi, karena tak hanya mempengaruhi sang ibu tapi juga janin yang ada dalam kandungannya. Tak hanya mencegah penularan virus Hepatitis B saat proses kelahiran, apakah sang ibu dapat menyusui atau tidak pun harus dipertimbangkan.
Oleh: Chrysant Kirana