Banyak beredar informasi bahwa memberi imunisasi anak, entah itu imunisasi difteri, meningitis, polio, tetanus, campak, ataupun pertusis dapat menyebabkan autisme pada anak. Benarkah informasi tersebut?
Seperti dilansir dari mayoclinic.com, banyak pendapat yang mengatakan bahwa imunitas alami itu lebih baik dan lebih kuat daripada imunitas yang dikuatkan dengan vaksin. Pendapat ini adalah pendapat yang benar Bunda, tapi harus ada konsekuensi yang harus Bunda dan anak Bunda terima apabila anak Bunda memilih untuk menggunakan imunitas alami.
Contohnya begini Bunda, infeksi alami cacar air komplikasinya adalah pneumonia (radang paru-paru). Infeksi polio alami dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.
Advertisement
Infeksi penyakit gondok alami dapat menyebabkan ketulian. Infeksi penyakit Hib (salah satu jenis influenza) dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak.
Apabila anak Bunda menggunakan imunisasi menggunakan vaksin, anak Bunda akan terhindar dari berbagai penyakit tersebut beserta komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi.
Vaksin yang digunakan untuk imunisasi anak tidak terbukti menyebabkan autisme. Meskipun banyak sekali perdebatan mengenai hal ini, berbagai hasil penelitian tidak dapat membuktikan keterkaitan antara autisme dengan vaksin yang diberikan kepada anak-anak.
Bahkan, penelitian asli yang menyebabkan perdebatan tersebut sudah ditarik. Meskipun tanda-tanda autisme muncul pada anak setelah anak diberi imunisasi, misalnya setelah diberi vaksin gondok, campak, atau rubella, hal tersebut terjadi hanya karena kebetulan. Dengan kata lain, ada faktor non-imunisasi yang bertindak sebagai pemicu, atau trigger, autisme.
Masih ada fakta berikutnya tentang keterkaitan imunisasi anak dengan autisme. Simak terus ya Bun!
Oleh: Andrian Bayu Krisna