Banyak yang mengatakan gara-gara ekonomi akal sehat para pria jadi tidak terkendali. Akibatnya KDRT kepada istri tidak bisa dicegah selain itu, karena posisi laki-laki sebagai kepala keluarga yang terlalu dominan, menyebabkan wanita tidak akan bisa atau pun berani melawan. Tapi, mengapa faktor ekonomi selalu menjadi alasan dalam berbagai kasus KDRT?
Pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan keluarga menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan faktor sebagai penyebab utama KDRT. Terkadang, karena faktor istri yang tidak bekerja dan suami berpenghasilan pas-pasan atau malah menganggur sering menjadi penyebabnya. Dalam situasi yang tertekan seperti ini, membuat akal sehatnya mulai lemah dan kehilangan kendali diri.
Seperti halnya yang sudah disampaikan oleh viva.co.id. Dari sumber ini disebutkan bahwa tekanan ekonomi membuat psikologi manusia berubah menjadi lebih brutal. Eric Fromm melalui teori psikoanalisis humanistiknya menjelaskan bahwa memang memang manusia memiliki ke4cenderungaan dan menunjukkan jati dirinya sebagai manusia. Selain itu, ia juga akan bekerja keras untuk mencapai tujuannya meski dalam waktu yang sangat sulit.
Advertisement
Dari teori tersebut di atas, tentu bisa ditarik garis dengan kasus ekonomi yang terjadi di dalam keluarga. Karena tuntutan besar akan tugasnya sebagai suami, akan menjadikan pria sangat berfikir sangat keras. Akibatnya, jika tidak terpenuhi, akan menimbulkan stress yang biasa dilampiaskan kepada istri.
Nah, untuk kasus seperti ini pun ternyata juga diamini oleh komnasperempuan.or.id, dalam pengamatan yang mereka catat, faktor terbesar penyebab KDRT ke-2 setelah dominasi suami adalah faktor ekonomi. Di dalam sumber ini juga dijelaskan bahwa ternyata, suami sebenarnya juga menjadi korban patriarchy budaya lama.
Menurut sumber ini, sebenarnya tidak seharusnya suami menanggung seluruh beban keluarga. Semestinya suami bisa membagi beban itu bersama istri sehingga timbul keseimbangan diantara keduanya. Bukan hanya menyoal, suami yang berkuasa dan berhak atas semuanya sehingga istri menjadi korban.
Oleh: Nurrohman Sidiq
(vem/rsk)