Jejaringan Sosial Untuk Anak

Ladies, di zaman digital seperti ini, sosial media sedang marak menjadi gaya hidup masyarakat di seluruh dunia. Tidak perduli usia, anak-anak maupun nenek-nenek melakukan interaksi via jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, atau Myspace.

Ngomong-ngomong soal sosial media nih, Ladies, ternyata trend ini membawa dampak negatif bagi perkembangan anak. Apa saja dampak negatifnya? Yuk, mari kita simak ulasan yang dikutip dari situs followpsychology.com.

Bagi remaja dan anak-anak generasi ini jejaring sosial adalah salah satu gaya hidup. Di Inggris, banyak anak berusia 8-12 tahun yang sudah memiliki akun di jejaring sosial meskipun negara ini memiliki regulasi jelas untuk memperbolehkan anak masuk di sosial media setelah berumur 13 tahun.

Tujuan dari regulasi ini, Ladies, tentunya untuk kebaikan si anak sendiri. Anak dibawah umur belum dapat menghindari bahaya seperti perilaku seksual dan banyak resiko lain dari aktifitas dunia maya. Akibatnya, anak menjadi korban dari situs pertemanan dunia maya ini.

Selain bahaya dari dunia itu sendiri, Profesir Greendfield telah menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa jejaring sosial dapat mengubah pikiran anak. Menurut profesor farmasi asal Oxford University ini, jejaring sosial dapat membuat anak mengalami “infantilising”, yaitu membuat anak menjadi terlalu egois.

Anak juga kekurangan interaksi secara langsung atau tatap muka langsung karena lebih sering memilih untuk berinteraksi secara online. Hal ini jelas mempengaruhi perkembangan sosial anak. Dikhawatirkan, perkembangan yang tidak seimbang akan terjadi sehingga anak kehilangan kesempatan untuk hidup bermasyarakat dengan baik.

Saat anak melakukan komunikasi via jejaring sosial, bahasa yang mereka gunakan pastinya lebih simple dan tidak selalu pada waktu yang sama. Interaksi secara langsung melatih kemampuan berbicara, mendengarkan, menginterprestasikan sinyal dan tanda-tanda. Hal ini tidak bisa terlatih saat anak berinteraksi via sosial media tentunya.

Oleh: Kustin Ayuwuragil D.