Adat Jawa memiliki banyak sekali mitos tentang kehamilan yang harus dipatuhi. Salah satunya, jika seorang ibu hamil tidak melaksanakan upacaran tingkepan, maka bayi di dalam kandungannya akan memiliki nasib buruk atau cacat fisik. Tapi, sebetulnya apa makna di balik upacara ini?
Menurut tjokrosuharto.com, upacara tingkepan atau yang juga disebut mitoni ini adalah perayaan 7 bulan kehamilan seorang anggota keluarga wanita. Dalam pelaksanaannya, ibu hamil tersebut akan dimandikan air kembang dan dibacakan doa-doa khusus. Biasanya acara dilakukan di hari Rabu atau Sabtu, pada tanggal 14 atau 15 tanggalan Jawa agar wajah anak bersinar. Acara dimulai pukul 3 hingga 4 sore, karena dipercaya sebagai saat para bidadari turun dari khayangan untuk mandi.
Sementara, laman posyandu.org telah menghimpun beberapa simbol upacara tingkepan dan maknanya di bawah ini:
1. Sajen tumpeng
Makna: pemujaan terhapa leluhur yang tinggal di gunung-gunung tinggi.
Advertisement
2. Sajen jenang abang-putih
Makna: benih pria dan wanita yang bersatu dalam wujud bayi.
3. Sajen sega gudangan
Makna: supaya bayi selalu dalam keadaan segar.
4. Cengkir gading
Makna: digambari wajah Kamajaya dan Dewi Ratih agar jika anaknya laki-laki, sifatnya akan luhur seperti Kamajaya. Jika anaknya perempuan, kecantikannya akan seperti Dewi Ratih.
5. Benang lawe
Makna: mematahkan segala bencana yang menghadang kelahiran bayi.
6. Kain tujuh motif
Makna: segala kebaikan untuk ibu dan anak dari bulan ketujuh kehamilan.
7. Sajen dhawet
Makna: mempermudah kelahiran.
8. Sajen telur
Makna: untuk melamar jenis kelamin bayi. Jika telur berhasil pecah, maka bayinya perempuan. Jika tidak, maka bayinya laki-laki.
Oleh: Mazhi
(vem/rsk)