Ibu pernah dengar mitos sawan pada bayi atau anak?
Sawan dipercaya masyarakat sebagai gejala rewel, kejang-kejang dan demam yang disebabkan oleh terlanggarnya berbagai mitos yang mungkin dilakukan oleh sang ibu. Menurut Choirun di situs kompasiana.com, penyebab anak sawanen bisa jadi karena si ibu makan kambing saat menyusui, si ibu dan bayi menghadiri acara pernikahan atau pemakaman, atau karena si ibu makan makanan yang pedas.
Apapun penyebabnya, kondisi bayi atau anak yang sedang sawanen sangat menghawatirkan. Demam tinggi hingga kejang-kejang pada bayi bisa merusak otaknya. Menurut shvoong.com, anak yang terkena sawan atau lebih tepatnya kejang berhubungan dengan aliran elektrik dalam tubuhnya.
Advertisement
Aliran elektrik ini terlepas secara tidak normal di dalam otak anak dan mengakibatkan terjadinya guncangan pada anak. Anak yang sedang sawanen parah bahkan bisa sampai menggeliat-geliat di lantai, bola matanya bergerak ke atas, mulutnya berbusa, lidahnya tergigit dan kehilangan kesadaran sejenak. Gejalanya sangat mirip dengan epilepsi.
Lalu bagaimana caranya memberikan pertolongan?
1. Baringkan anak dalam posisi telengkup atau miring agar lidahnya menjulur ke depan sehingga lendirnya tidak menghalangi masuknya oksigen.
2. Jangan berikan makanan atau minuman apa pun sebelum ayannya selesai.
3. Berikan nafas buatan (CPR) jika bibir anak berubah biru, tandanya anak ini tidak bisa bernafas.
4. Singkirkan benda-benda disekitar anak yang sedang kejang-kejang.
5. Kurangi suhu badan anak yang tetap tinggi dengan mengusapkan handuk dingin agar kejang anak tidak semakin parah.
Nah, kini Ibu tidak perlu lagi terlalu cemas dengan mitos sawan bayi dan cara menanganinya, bukan?
Oleh: Kustin Ayuwuragil D.
(vem/rsk)