Setelah menyusui dalam jangka waktu yang cukup, kini sudah saatnya untuk menyapih si kecil! Periode menyapih ini terjadi bergantung pada ibu, namun umumnya terjadi saat bayi menginjak usia 18 hingga 24 bulan. Ketika menyapih, ada beberapa hal pada tubuh Anda yang terjadi sebagai efek samping ketika menyapih si kecil.
• Ketika Anda berhenti menyusui, produksi ASI pada payudara tidak serta merta berhenti. Payudara membutuhkan selang waktu tertentu untuk kempis. Nah, saat ini, pasti ibu akan merasa tidak nyaman akibat payudara yang terasa penuh terutama saat ibu tidak menyapih secara bertahap. Seorang konsultan laktasi, Kelly Bonyata menyatakan bahwa Anda dapat memompa ASI dalam jumlah kecil untuk mengurangi ketidaknyamanan. Memompa dengan jumlah kecil tidak akan menstimulasi produksi susu.
• Mastitis atau radang paudara dan buntunya saluran ASI akan menyebabkan rasa nyeri. Daerah payudara akan memerah dan sedikit nyeri. Anda dapat meredakannya dengan memijat-mijat daerah payudara, memberi kompres hangat dan memompa air susu. Jika peradangan semakin parah dan terasa panas, maka Anda perlu mengonsumsi antibiotik.
Advertisement
• Selama menyusui, ungkap livestrong.com, ada hormon prolaktin yang berfungsi dalam memperlancar ASI sekaligus memberi rasa tenang dan gembira untuk ibu. Seiring menyapih, hormon prolaktin juga semakin sedikit dan akan timbul rasa sedih. SElain itu, ibu juga telah melepaskan momen kedekatan saat menyusui yang mungkin membuat ibu menjadi berkurang.
• Selain perubahan seputar payudara, ibu juga mungkin mengalami rasa mual, pusing, dan perubahan mood yang tiba-tiba sebagai efek samping dari perubahan hormonal data berhenti menyusui. Efek ini serupa dengan gejala kehamilan.
Untuk mengurangi bahkan menghindari efek samping yang radikal, disarankan untuk menyapih secara bertahap saat anak sudah lebih siap untuk disapih.
Oleh: Zurriat Nyndia
(vem/ova)