Mom, pada usia kehamilan di atas enam bulan atau trimester tiga, biasanya janin dalam kandungan sudah semakin kuat. Meski janin sudah semakin kuat, pada periode ini pengawasan dan kontrol dokter harus ditingkatkan, karena tidak menutup kemungkinan ibu hamil mengalami solusio plasenta.
Dilansir dari Alodokter, solusio plasenta atau abrupsio plasenta adalah kondisi di mana lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian dalam sebelum proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian. Kondisi ini juga lazim disebut putus plasenta.
Solusio plasenta tentu berbahaya bagi nyawa ibu dan bayinya, pasalnya peranan plasenta sangat vital untuk memberikan oksigen dan makanan dari ibu kepada janin dalam kandungannya.
Advertisement
Pada usia kehamilan trimester ketiga, merupakan rawan terjadinya solusio plasenta. Gejala solusio plasenta, antara lain: nyeri pada punggung, perdarahan vagina, nyeri pada rahim dan perut, kontraksi yang cepat dan gerakan bayi dalam kandungan yang mulai tidak aktif.
Penyebab terjadinya solusio plasenta ada bermacam-macam, terutama jika ibu pernah memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya. Faktor penyebab lainnya adalah jika ibu merokok atua memakai narkoba, hamil di usia tua (40 tahun), pernah melahirkan bayi kembar, mengidap hipertensi dan pembekuan darah, mengalami riwayat jatuh atau terkena pukulan dan air ketuban pecah dini.
Akibat dari solusio plasenta adalah plasenta terlepas dan tak bisa ditempelkan lagi ke dinding rahim sehingga umumnya dokter akan mengambil tindakan proses persalinan untuk usia kehamilan di atas 34 minggu. Jika terjadi pendarahan hebat, akan dilakukan transfusi darah.
Pada ibu, solusio plasenta dalam mengakibatkan gagal ginjal atau kegagalan organ tubuh lainnya. Jika pendarahan sangat parah, operasi pengangkatan rahim akan dilakukan. Pada bayi, solusio plasenta akan mengakibatkan kelahiran prematur bahkan terlahir dalam keadaan meninggal.
(vem/wnd)