Kisah salah satu sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Stop Tanya Kapan ini mungkin juga dialami sebagian wanita lainnya. Menantikan sang buah hati memang butuh perjuangan. Apalagi kalau dalam penantian itu ada ujian yang cukup berat.
***
Aku adalah seorang wanita "gemuk" yang beruntung mendapatkan pria ganteng yang akhirnya menjadi suamiku. Teman-temanku selalu bilang aku wanita gemuk yang cantik. Entah itu untuk menghiburku atau apalah, yang pasti ada pria yang mencintaiku hingga akhirnya kami pun menikah. Saat kami menikah, banyak keluarga yang bahagia terutama mama dan papaku yang mendambakan aku menikah. Karena saat itu umurku sudah 26 tahun, sedangkan di keluargaku itu sudah terlalu "tua" untuk seorang gadis menikah.
Awal pernikahan kami sangat manis dan romantis, hingga 3 minggu setelah aku menikah aku pendarahan hebat. Aku tak menceritakan pada mamaku, namun ada perasaan aneh yang mengganjal di hatiku. Sepertinya aku keguguran. Maklum aku belum pernah hamil dan ini pengalaman pertamaku. Sejak kejadian itu, aku telat datang bulan hingga 3 bulan dan tak kusadari. Saat mamaku bertanya, “Kamu udah isi belum nak?” dan aku pun menjawab, “Belum sih Ma, udah 3 bulan.” Wajah mama berubah menjadi berseri-seri karena pikirnya mama akan jadi oppung (sebutan nenek/kakek di Suku Batak). Mama pun mengantarku ke bidan terdekat untuk cek kehamilan. Namun sayang, ternyata belum rezeki dan negatif hamil.
Sekitar seminggu kemudian aku dan suamiku ke rumah sakit untuk periksa ke dokter obgyn, ternyata dokter bilang hanya gangguan hormon, aku menjalani pemeriksaan USG dan tak ada penyakit yang mengkhawatirkan. Suamiku hanya bilang, “Sabar aja, yank. Belum rezeki kita. Kita coba lagi yah?” Dan aku pun meminum obat hormon yang diberikan dokter saat itu untuk merangsang periode "tanggal merahku". Dalam hatiku ada rasa kecewa, aku sehat dan telat mens namun tidak hamil. Kesedihanku kututupi dengan ngantor seperti biasa. Dan aku pun mens lagi.
Namun setelah itu, 4 bulan kemudian aku telat datang bulan lagi. Seperti biasa kami berharap lebih, Tuhan pasti berikan. Kami pun pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan kandungan juga rahimku. Namun dokter bicara aku harus dicek lab, urinku juga darahku. Dan di USG pun tidak ada janin. Dokter menyarankanku mengikuti sejumlah pengecekan di rumah sakit. Namun aku dan suami tidak menjalaninya, dengan alasan masih mau menunggu rencana Tuhan dengan alami. Maklum suamiku sangat tidak menyukai hal-hal yang berbau obat-obatan juga farmasi.
Advertisement
Lagi-lagi, aku ditanya mertuaku juga mamaku, “Sudah isi belum?” “Kapan kalian punya anak?” “Kapan kalian berobat?” dan kapan kapan lagi dan lagi. Hingga aku pun membenci diriku sendiri. Selama 1 tahun pernikahan aku hanya datang bulan 2 sampai 3 kali. Ini sangat menyebalkan. Hampir aku menyalahi takdirku. Tak ada riwayat mandul di keluargaku juga suamiku, hal itulah yang membuatku bertanya-tanya kapan aku dipercaya menjadi seorang ibu? Sampai suatu waktu mama mertuaku menangis dan bicara padaku kalau ia menginginkan cucu dari aku dan suamiku sebelum ia meninggal. Aku tak bisa berkata-kata dan hanya bisa menangis dalam hati.
Pada bulan ke-19 usia pernikahan kami (aku telat 4 bulan) kami sepakat ke rumah sakit lagi, tapi dalam hati aku sudah mantapkan aku tak akan kecewa dengan keputusan dokter. Saat masuk ke ruangan dokter spc.obgyn, aku disuruh membuka celanaku dan dokter memasukkan alat teropong panjang ke dalam alat vitalku guna mengecek isi di dalamnya. Setelah sekitar 5 menit alat itu diputar, dan hasil USG sudah di print, dokter menyatakan aku PCOS atau kelainan hormon.
Dokter itu sangat baik dan ramah, beliau menjelaskan semua secara detail kepadaku dan suamiku. Kami mendengarkan dengan seksama, dokter menyarankanku untuk menjalankan program diet, konsumsi buah-buahan dan olahraga. Aku pun melakukan semuanya, mulai dari ngejus pagi dan malam hari, makan yang tidak berjenis minyak sampai olahraga renang seminggu sekali. Aku menanamkan dalam pikiranku, sekarang aku harus sehat dulu dan mengurangi berat badanku jika aku memang menginginkan anak. Sekarang aku sudah merasakan hal-hal positif dari dietku, pikiranku fresh, hidupku bahagia dan aku sehat.
Sampai tulisan ini aku buat aku belum juga hamil. Namun, aku yakin pasti Tuhan melihat isi hatiku dan usaha kami untuk mendapatkan buah hati. Suamiku selalu bilang jika kita berdua saja sudah bahagia, tapi aku tau dalam lubuk hatinya menginginkan anak di tengah keluarga kecil kami. Aku mau belajar kuat dan mendengar apa kata orang lain untuk kebaikan kita. Karena pada awalnya aku tidak suka jika dinasihati oleh orang lain.
Semoga akhir tahun ini menjadi awal tahun yang indah bagi kami, Tuhan memberikan anak di dalam rahimku. Jika ada yang bertanya, “Kapan punya anak?” aku akan dengan mantap menjawab, “Tuhan yang akan memberikan dan Tuhan pula lah yang menjawab.” Stay strong all, mereka yang bertanya kapan pada kita pasti akan STOP berTANYA KAPAN!!!
Buat Suamiku, semangat dear! Tak ada yang sia-sia jika kita berusaha dan andalkan Tuhan. Suatu saat yang indah itu pasti akan terdengar tangisan bayi mungil yang tampan dan cantik seperti mama dan papanya.
- Suami yang Mandul, Tapi Malah Aku yang Sering Dapat Cibiran
- Adikku Keguguran 9 Kali, Akhirnya Kuputuskan Hamil Untuknya
- Dua Minggu Jelang Pernikahan, Calon Suamiku Malah Mengawini Gadis Lain
- Catatan Untukmu yang Kerap Bertanya, ''Kapan Tuhan Mengabulkan Doa-Doaku?''
- Jangan Mendesak Kapan Aku Menikah Lagi, Sebab Aku Punya Pilihan Sendiri