Mom, beberapa waktu lalu telah viral sebuah unggahan di Facebook soal seorang ibu yang tak menginginkan anaknya untuk berbagi mainan. Dalam unggahan itu, sang ibu bernama Alanya Kolberg keberatan ketika mainan anaknya, Carson, diminta pinjam oleh anak-anak lain.
Menurut Alanya, Carson tidak harus meminjamkan mainannya jika memang si anak tidak mau. "Dia tidak mau berbagi dengan kamu. Kalau dia mau berbagi, pasti sudah dia lakukan," ujar Alanya. Alanya menyatakan ini karena begitulah kehidupan di dunia orang dewasa.
"Kalau saya, orang dewasa, berjalan ke taman sembari makan roti isi, apakah kemudian saya wajib membaginya dengan orang asing di taman? Tidak!" ujar Alanya.
Advertisement
Apa yang dikatakan Alanya pasti sudah sering kita alami sebagai orangtua. Saat anak kita mempunyai sebuah mainan/barang dan ada anak lain yang minta pinjam, kita secara otomatis akan mengizinkannya. Padahal bila dipikir lagi, mainan/barang itu bukan punya kita sebagai orangtua, tapi punya anak kita.
Menanggapi hal ini, psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, menyatakan bahwa anak juga punya hak. "Dalam berbagi, anak juga berhak menentukan mana yang ingin dia bagi dan mana yang tidak," ujar Vera dalam korespondensinya dengan vemale.com.
"Misalnya jika ada teman-teman yang akan datang ke rumah, anak bisa tentukan mana mainan yang bisa dimainkan bersama dan mana yang tidak," tambahnya.
Namun, perlu diingat Mom, ada beberapa hal yang bisa ia bagi dan ikhlaskan. Tapi ada hal juga yang wajib ia pertahankan dan membela haknya. Kedua hal ini akan mengajarkan banyak hal pada perkembangan seorang anak.
Anak yang berbagi diketahui akan memiliki empati yang lebih dalam. "Ia akan punya toleransi yang baik terhadap keinginan orang lain, belajar tentang kompromi dan kerja sama. Ia juga belajar menyelesaikan konflik misalnya dengan sepakat bergantian main dengan temannya," kata Vera.
Sedangkan untuk anak yang mempertahankan haknya bisa menjadi sosok yang tegas dan mandiri. "Anak di bawah usia 4 tahun biasanya masih sulit berbagi karena mereka masih cenderung masih asyik sendiri. Kebutuhan sosialisasinya belum besar dan bermain pun masih paralel. Tapi bukan berarti tidak bisa mulai diajarkan. Justru sedini mungkin perlu dibiasakan," tutup Vera.
(vem/zzu)