Ladies, sadarkah kamu sejak nama-nama Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta diumumkan, masyarakat langsung ikut menyoroti wanita-wanita yang menjadi istri mereka. Dimulai Annisa Pohan yang mendampingi Cagub DKI nomor urut 1, Agus Harimurti Yudhoyono; Veronica Tan sebagai istri cagub nomor urut 2, Basuki 'Ahok' Thajaja Purnama; dan Fery Farhati Ganis yang merupakan istri dari cagub nomor urut 3, Anies Baswedan.
Ada saja perbandingan yang disandingkan di antara ketiga wanita berkarakter unik ini. Dimulai dari cara bicara, gaya busana, hingga dukungan yang mereka berikan pada suami masing-masing. Clash ini makin terasa saat Jakarta bersiap melakukan Pilkada, Rabu (15/2) ini. Kenapa demikian?
Perempuan diciptakan untuk mendampingi laki-laki sebagai pasangan hidupnya. Perempuan pula yang menjadi inspirasi dan pendukung pria ketika ia mendaki kesuksesan. Perempuan inilah yang nantinya akan ikut memimpin massa dari sisi sang suami. Salah pilih pemimpin, sama dengan keliru memilih perempuan yang bisa dijadikan inspirasi oleh para perempuan lain di luar sana.
Advertisement
Maka itulah sampai ada guyonan mengenai seorang presiden yang bertemu dengan mantan pacar istrinya. Dengan pongah, si presiden menunjuk si mantan pacar dan berkata pada istrinya,"Kalau kamu menikahi dia, kamu tidak akan jadi jadi istri presiden." Perkataan itu langsung dibalas sang istri dengan lugas,"Kalau aku menikahi dia, maka dialah yang jadi presiden, bukan kamu."
Tapi di sinilah konsekuensi itu dimulai. Lihat bagaimana netizen terus memerhatikan gerak-gerik dan membandingkan para istri cagub, bahkan kerap dengan kata-kata yang kurang sopan.
Annisa Pohan mengakui fenomena yang disebut haters ini. Mantan presenter sepakbola itu mengakui bahwa haters baru muncul di Instagram miliknya setelah Agus terpilih sebagai cagub. "Saya dan mas Agus punya 1,8 juta follower dan ngga ada haters. Tapi kemudian muncul buzzer-buzzer berbayar yang mulai menyuarakan hal-hal negatif," kata Annisa ketika bertandang ke markas vemale.com beberapa waktu lalu.
Konsekuensi macam ini juga dinyatakan oleh Veronica Tan. Namun, karena dia sudah terbiasa dengan berita-berita negatif mengenai suaminya, dia tak terlalu menanggapi serius ocehan di luar sana. "Bawaan saya lebih tenang saking udah terlalu banyak (berita) kaget-kagetan yang terus-menerus, ya udah jalanin aja lah," ujar Veronica dalam wawancara yang tersebar di media sosial.
Cerita sama dialami oleh Fery Farhati Ganis sebagai istri Anies Baswedan. Wanita yang merupakan psikolog dan praktisi pendidikan itu harus meredam lebih dulu karirnya demi mendukung kampanye sang suami. Dia bahkan ikut menjanjikan adanya pemberian fasilitas bagi para pengabdi bidang keagamaan.
"Kami memiliki berkomitmen akan membuat kegiatan bersama secara berkala di kantor gubernur. Insya Allah," kata Ferry saat berkampanye di Kalideres, Jakarta Barat, seperti dikutip dari dream.co.id.
Menjadi pemimpin itu bukan hanya berkah, tapi juga beban. Ada kewajiban untuk harus bisa mensejahterakan pengikutnya dan harus siap dikritik dengan keras ketika gagal. Beban berat inilah yang harus siap dipikul oleh para istri sebagai pendamping pemimpin.
Namun, kita yakin bahwa para istri ini punya kualitas terbaik yang diharapkan oleh para suaminya. Dan, mereka mampu menahan tekanan besar yang akan disandingkan ketika mereka berhasil terpilih sebagai pendamping pemimpin Jakarta. Seperti dikatakan oleh feminis Marge Piercy,"Perempuan kuat adalah dia yang berdeterminasi melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain."
(vem/zzu)