Saya pernah bingung sendiri ketika mendengar curhatan beberapa sahabat yang sudah menikah dan kini punya anak. Curhatan ini berkaitan dengan status pendidikan yang mereka sandang. Saya yang mendengar curhatan mereka pun cuma bisa geleng-geleng kepala.
Seorang sahabat mengungkapkan kekesalannya ketika ada yang menyinggung soal gelar sarjananya. Ia merasa tersindir dengan ungkapan yang kurang lebih seperti ini, "Buat apa jadi sarjana dan sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya juga jadi ibu rumah tangga." Sahabat saya ini seorang lulusan universitas yang cukup ternama. Dia bergelar sarjana. Kini setelah menikah, ia lebih fokus menjadi istri dan juga ibu untuk seorang putrinya. Hidupnya pun baik-baik saja sebenarnya cuma kadang orang di sekitar suka nyinyir.
Lain lagi dengan cerita seorang sahabat saya yang lain. Ia menikah di usia yang cukup muda. Tak berkesempatan untuk kuliah tapi langsung menikah begitu sang pria pujaan melamar. Kini ia fokus menjadi ibu untuk dua orang putrinya. Hanya saja kadang dia merasa minder dan rendah diri. Dia minder dengan statusnya sebagai "cuma lulusan SMA". Setiap kali ada teman atau kenalan suaminya yang menanyakan, "Dulu kuliah di mana?" sahabat saya ini merasa tidak nyaman saat menjawab, "Lulusan SMA." Ada rasa tidak percaya diri dan minder ketika orang mengetahui status pendidikannya tersebut.
Setelah mendengar dua curhatan tersebut, saya jadi ikut pusing. Hehe. Jadi wanita kok rasanya kadang jadi serba salah, ya? Apalagi jika sudah mulai menikah dan menyandang status sebagai seorang istri. Well, ya memang saya belum merasakan bagaimana rasanya menikah, jadi istri, apalagi jadi ibu. Tapi kalau mendengar cerita sahabat-sahabat saya itu, saya kadang heran sendiri. Masyarakat dan orang-orang sekitar kita bisa begitu mudahnya menghakimi kita. Dan kita pun kadang juga merasa tak berdaya ketika harus mengakui kenyataan yang ada.
Saya yakin setiap wanita yang menjadi ibu akan berusaha mendidik dan mengasuh buah hatinya sebaik mungkin. Termasuk sahabat-sahabat saya tersebut. Status pendidikan atau tingkat pendidikan mungkin memang memberi sedikit banyak pengaruh. Entah itu yang sudah punya gelar sarjana atau belum memiliki gelar sarjana. Seorang ibu tak akan pernah berhenti belajar untuk memberikan yang terbaik untuk putra-putrinya.
Cibiran dan anggapan miring pasti akan ada. Yang punya gelar sarjana tapi kemudian fokus jadi ibu rumah tangga, akan dicibir soal gelarnya yang sia-sia. Yang tak punya gelar sarjana juga mungkin dipandang sebelah mata terkait bisa tidaknya dan kemampuannya memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Pun untuk para ibu yang tetap memutuskan bekerja setelah punya anak, mungkin akan ada sindiran betapa tega meninggalkan anak demi pekerjaan. Menuruti kata orang memang nggak ada habisnya, ya.
Bagaimana pun, kita lebih baik fokus melakukan yang terbaik sesuai dengan prioritas. Omongan orang di luar sana, meski memang mengganggu tapi seharusnya menguras dan menghabiskan energi kita. Apalagi jika sudah menyinggung soal status atau tingkat pendidikan, orang lain cuma tahu permukaannya saja dan sebenarnya tak tahu apa-apa tentang kita.
Menjadi ibu itu juga belajar menemukan kekuatan dan kemampuan yang selama ini terpendam. Juga belajar mengatasi ketakutan-ketakutan terbesar dalam hidup yang kadang tak pernah kita duga. Dan ruang belajar seorang ibu itu sangatlah luas. Tak hanya dari buku teks saja tapi juga dari kejadian sehari-hari. Dari pengalaman dan juga usaha jatuh bangun dalam memberikan yang terbaik untuk keluarga dan buah hati tercinta. Semoga kita semua bisa menjalankan peran sebagai ibu yang baik dan panutan utama anak-anak kita.
Moms, tetap semangat jadi ibu yang terbaik untuk anak-anak, ya. Masalah dan ujian memang akan terus datang silih berganti. Kita akan terus ditempa berbagai permasalahan baru. Tapi selama kita bisa mengatasi dan melewatinya, kita pasti akan jadi lebih kuat dan bisa memberikan yang terbaik untuk keluarga serta orang-orang di sekitar kita.
Advertisement
- Dokter Mendiagnosa Aku Susah Punya Anak, Namun Tuhan Maha Baik
- Dulu Aku Sangat Takut Melahirkan, Ternyata Bahagianya Luar Biasa
- Bermetamorfosa Jadi Ibu di Usia Muda, Aku Begitu Bangga & Bahagia
- Sempat Ingin Anak Jadi Seperti Si A, B & C, Tapi Semua Itu Sirna
- Seorang Ibu Memang Bukan Manusia Super yang Bisa Segalanya
(vem/nda)