Antara ibu dan anak perempuannya, kadang ada jarak yang memisahkan. Meski demikian, hubungan darah akan selalu menghadirkan rasa sayang meskipun kadang tak terungkap. Melalui surat ini, salah satu sahabat Vemale bernama Ana menuliskan surat cinta untuk ibunya. Surat cinta ini adalah salah satu surat yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Surat Cinta Vemale.com.
***
Hai, Ma..
Advertisement
Masih marah ya sama aku?
Udah berapa bulan ya kita nggak ngobrol di telepon? Sejak bulan November tahun lalu ya?
Maaf kalau aku selalu salah dan belum bisa menjadi anak yang berbakti untuk Mama. Aku juga tahu aku banyak salah sama Mama. Mungkin Mama masih butuh waktu makanya belum mau ngobrol lagi sama aku. Ya sudah, nggak masalah. Aku tetap sayang Mama, kok.
Oh iya, apa kabar?
Mama pasti baik-baik saja kan? Soalnya postingan di Facebook Mama, Mama kelihatan sehat dan bahagia.
Semoga selalu seperti itu ya, Ma.
Ehm, apalagi ya? Aku bingung mau ngobrol apa lagi sama Mama, karena keluarga kita bukan tipe yang senang curhat sih, hahaha..
Maaf mendadak menulis surat buat Mama. Menulis surat seperti ini sebenarnya membuat aku trauma, karena.. dulu Mama pernah membuang surat dan bunga mawar yang sengaja aku simpan di lemari sebagai kejutan hadiah ulang tahun. Mama masih ingat kan kejadiannya? Aku masih SMA kelas 2 waktu itu. Kalau Mama lupa aku ingetin lagi deh.
Jadi waktu itu ulang tahun Mama dan tiba-tiba aku ingin memberi hadiah buat Mama. Memang sih, nggak ada tradisi saling memberi hadiah di keluarga kita. Ucapan selamat ulang tahun saja kadang lupa. Tapi waktu itu aku ingin banget ngasih Mama hadiah sebagai bentuk terima kasih dan rasa sayang aku ke Mama. Selama ini kan aku nggak pernah mengucapkan "I love you, Ma" satu kalipun. Karena.. ya itu tadi, sejak kecil aku nggak terbiasa buat mengekspresikan perasaan aku ke keluarga.
Eh, sebenarnya itu bukan surat sih, tapi puisi. Kali pertama aku menulis puisi ala-ala, hahaha.. Lalu bunganya, bunga mawar merah yang baru saja berbunga di halaman. Salah satu bunga milik, Mama. Iya, nggak modal banget anakmu ini, Ma. Hadiahnya cuma kertas ditulisi puisi dan bunga hasil colongan di pekarangan. Maaf ya, Ma. Yang penting anakmu ini ada usahanya.
Waktu itu aku sengaja meletakkan 2 benda itu di lemari baju Mama, karena aku tahu Mama sering buka lemari itu jadi hadiahnya gampang ditemukan. Aku menunggu dengan was-was, menunggu reaksi Mama saat membuka lemari. Entah berapa kali aku bolak-balik buat mengintip apakah Mama sudah melihat hadiahnya atau belum. Menunggu moment itu bikin gugup seperti mau presentasi di depan kelas, Ma.
Ketika tahu Mama sudah melihat hadiahnya, aku berharap Mama akan memeluk aku atau minimal bilang terima kasih. Ternyata Mama cuek saja. Lalu aku menemukan kertas puisi dan bunga mawar pemberianku di dalam keranjang sampah plastik di sudut kamar Mama. Saat itu sebenarnya hatiku kecewa banget, Ma. Tapi mungkin Mama berharap hadiah yang lain. Aku maklum. Makanya waktu itu aku janji akan memberi hadiah yang Mama suka kalau aku sudah kerja nanti. Tapi, ternyata sampai saat ini aku belum bisa memberi hadiah yang Mama mau. Sampai sekarang aku masih sering bikin Mama kecewa. Maaf banget, Ma.
Sebenarnya sebelum Papa meninggal aku selalu minta sama Tuhan agar memberi aku berkat lebih supaya bisa mengajak Mama dan Papa jalan-jalan. Sayang Papa sudah dipanggil Tuhan dan doaku belum terkabul. Tapi aku masih terus berdoa kok, Ma. Aku masih minta ke Tuhan agar aku bisa membawa Mama jalan-jalan dan membelikan apa pun yang Mama mau. Aku nggak tahu apakah ini termasuk hadiah idaman Mama atau bukan. Tapi setidaknya walau cuma sekali saja, aku ingin membuat Mama bersenang-senang dan menikmati jalan-jalan untuk liburan, karena selama ini Mama nggak pernah bepergian untuk liburan.
Harapan ini akan selalu aku ucapkan di dalam doaku, Ma.Selalu.
Sampai benar-benar terwujud.
Karena itu tetap sehat dan bahagia di sana ya, Ma.
Sudah dulu ya, Ma. Sudah sore. Aku mau bersih-bersih dan menyiapkan makanan buat dua cucumu. Si kakak dan adek kebetulan lagi main di luar rumah. Sekarang jam main mereka sampai nanti Maghrib.
Oh iya, tanggal 25 Januari kemarin Mama genap berusia 62 tahun. Maaf ternyata hadiah yang bisa aku berikan masih berupa surat seperti dulu. Jangan dibuang lagi ya, Ma. Doakan tahun depan hadiahnya bisa sesuai impian aku atau Mama.
Jangan marah kelamaan juga, Ma. Si kakak dan adek udah kangen dengar suara omanya.
Salam sayang selalu dari anak bungsumu ini.
Love,
Ana
(vem/yel)