Ladies, tahukah kamu bahwa di abad 21 seperti sekarang ini masih terdapat anak usia nol hingga 59 bulan dengan berat tubuh kurang dari ideal? Stunting, demikian bahasa modern yang digunakan untuk mendefinisikan bayi dengan kondisi demikian. Akibatnya tubuh anak menjadi katai atau kerdil dan berada di bawah berat yang dianjurkan untuk anak-anak seusia mereka.
Stunting disebabkan kekurangan gizi kronis yang karena asupan gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Badan PBB untuk anak (UNICEF) melansir bahwa stunting dimulai sejak masa kehamilan. Di mana si ibu yang sedang mengandung mengalami kekurangan gizi dan anemia. Stunting juga bentuk lazim dari kurang gizi, tapi fenomena ini nyaris tidak terlihat.
Di Indonesia, data Dirjen Kesehatan Masyarakat menyebut ada 29,6 persen anak yang lahir dengan kondisi stunting. "Tapi angka ini tidak merata dengan NTT sebagai provinsi terparah. Di NTT, angka stunting mencapai 48 persen. Artinya, dari 100 anak hanya ada 50 anak yang sehat," kata Menteri Kesehatan Nila F.Moeloek ketika ditemui pekan lalu di Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan.
Advertisement
Ditambahkan Menkes bahwa angka ini berakar dari budaya setempat yang kurang mementingkan peran perempuan. Sebagai contoh, selepas melahirkan, ada banyak pantangan makan yang harus dialami si ibu. Dampaknya, ibu gagal memberikan Air Susu Ibu (ASI) dan bayi pun jadi kurang sehat.
"Saat dewasa, bayi yang stunting berkorelasi dengan penyakit tidak menular seperti diabetes dan jantung yang akhirnya sangat merugikan kita sendiri," ujar Menkes.
Jika memang sudah demikian, Menkes mengharapkan peran ibu yang sadar mengenai gizi yang baik selama hamil dan menyusui. Jaga baik-baik asupan gizi saat hamil ya Ladies, karena apa yang kamu makan akan dirasakan pula oleh si jabang bayi. Lengkapi makanan harian kamu dengan keseimbangan protein, lemak, serat, dan karbohidrat. Ingat, bahwa pertumbuhan bayi yang sehat dimulai sejak dari dalam kandungan.
(vem/zzu/feb)